IN, MAKASSAR — Bank Indonesia (BI) Perwakilan Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) turut andik dalam membangkitkan minat literasi dalam bulan suci Ramadan 1445 Hijriah ini.
Hal tersebut ditunjukan dengan menggelar Gebyar Literasi Ramadan 2024 Bank Indonesia dengan tema “Membangkitkan Semangat Berliterasi di Bulan Suci Ramadan”, di Baruga Phinisi, Kantor Perwakilan BI Provinsi Sulsel, Rabu (20/03/2024)
BACA JUGA: BI Sulsel Salurkan Rp5,5 Triliun untuk Memenuhi Kebutuhan Ramadan dan Idulfitri 1445 Hijriah
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulsel, Rizki Ernadi Wimanda mengatakan sebagaimana diketahui bahwa budaya literasi masih sangat perlu ditingkatkan.
“Untuk itu Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulsel mengadakan ini sebagai upaya dalam membangkitkan semangat berliterasi di bulan suci Ramadan,” ujar Rizki dalam sambutannya pada kegiatan tersebut.
Rizki menjelaskan bahwa, pengembangan literasi ini sangat perlu didukung karena latar belakang literasi di Sulsel punya potensi besar.
Berdasarkan data Perpusnas, salah satu contohnya di Makassar yang berada di urutan keempat setelah Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kota Samarinda, dengan nilai 74,14 dalam hal budaya literasinya.
Tahun sebelumnya atau di 2022, Kota Makassar berada di urutan 10 dengan nilai 70,15.
“Selain dari budaya literasi tersebut, Sulsel punya karya sastra terpanjang yaitu La Galigo yang diakui Unesco bisa jadi motivasi pengembangan literasi,” katanya.
Selain dari Gebyar Literasi iru, Rizki juga memperkenalkan perpustakaan umum BI Sulsel, bernama Perpustakaan Lontara.
“Ini sebagai ruang untuk meningkatkan literasi, dalam bidang ekonomi secara umum, moneter, dan makro,” katanya.
Sementara itu, Narasumber, Andi Suruji mengatakan menulis dan membaca dua hal yang tidak boleh dipisahkan.
“Menulis itu proses berpikir, bukan sekadar mengetik huruf jadi kata, jadi kaliman, dan seterusnya,” katanya.
Andi Suruji menjelaskan bahwa untuk bisa menulis dengan baik, banyak hal yang harus dipikirkan dan dipertimbangkan. Misalnya etika, kultur dari audence yang disasar.
“Karena tulisan bukan untuk diri sendiri, tetapi untuk orang lain,” ucapnya.
Selain itu, umumnya penulis yang baik itu punya wawasan yang luas dan mendalam. Pemahaman terhadap berbagai isu.
Penulis yang baik itu, juga merupakan pembaca yang baik.
Dalam kegiatan tersebut juga ada pemaparan terkait pentingnya literasi dalam perspektif Islam pada bulan suci Ramadan oleh, Prof Barsihannor, M.Ag .(*/IN)