back to top
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

InspirasiNusantara.id “MENGEDUKASI, MENGINSPIRASI, MENGGERAKKAN”
32 C
Jakarta
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

Jadilah Member Kami

Dapatkan konten Eksklusif yang menarik

― Advertisement ―

spot_img

Huadi Group Jadi Sorotan Australia, Siap Buka Akses Investasi Dua Arah

BANTAENG, inspirasinusantara.id  Konsul Jenderal Australia di Makassar, Todd Dias, bersama Bupati Bantaeng, M. Fathul Fauzy Nurdin (Uji Nurdin), menyatakan komitmennya untuk mempromosikan PT Huadi...
BerandaKesehatanBukan Kesempurnaan, Ini yang Diinginkan Seorang Perfeksionis

Bukan Kesempurnaan, Ini yang Diinginkan Seorang Perfeksionis

INSPIRASI NUSANTARA– Perfeksionis seringkali disalahartikan sebagai sosok yang menginginkan segalanya sempurna. Namun, benarkah mereka mendambakan kesempurnaan tanpa cela? Jawabannya, tidak.

dr. Jiemi Ardian, SpKJ menjelaskan bahwa seorang perfeksionis pada dasarnya tidaklah mengejar kesempurnaan. “Perfeksionisme itu bukan tentang sempurna, tapi tentang takut,” kata Ardian lewat akun instagramnya @jiemiardian  pada Minggu (1/12/2024).

Kreator dari Emotion Releasing Process (ERP) itu pun melanjutkan penjelasanya. Ia menjelaskan, ada satu komponen yang sering sekali terjadi dalam orang yang perfeksionis, yaitu merasa takut.

Di balik karakter perfeksionis, ada dorongan kuat untuk memberikan yang terbaik, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Hal inilah yang membuat orang yang perfeksionis cenderung merasa takut.

Lebih jauh, kata Ardian, perfeksionisme sebenarnya bukan menuju ke kesempurnaan, tetapi menghindari ketidaksempurnaan. “Ketika seseorang menghindar dari ketidaksempurnaan apakah dia akan mencapai kesempurnaan? Gak. Dia akan terus berlari. Dan itu melelahkan,” terangnya.

Karena itu, Ardian mengemukakan bahwa ada dua jenis motivasi tentang kesempurnaan, yaitu going toward (menuju kesempurnaan) dan going away (menghindari ketidaksempurnaan). Orang perfeksionis menurutnya, justru yang menghindari ketidaksempurnaa.

Menghindari ketidaksempurnaan, artinya aku gak mau jadi gak sempurna. Sementara berbeda dengan orang yang mengejar kesempurnaan. Proses penyempurnaannya terus-menerus terjadi. Maka kesempurnaan terus menerus didekati, walaupun tentu gak ada itu kesempurnaan,” terangnya lagi. (*/IN)