back to top
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

InspirasiNusantara.id “MENGEDUKASI, MENGINSPIRASI, MENGGERAKKAN”
30.1 C
Jakarta
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

Jadilah Member Kami

Dapatkan konten Eksklusif yang menarik

― Advertisement ―

spot_img

Duduk atau Jongkok? Jejak Karbon di Balik Toilet 

inspirasinusantara.id – Saat berbicara soal perubahan iklim, mungkin yang pertama terlintas di benak kita adalah kendaraan bermotor, limbah industri, atau pembangkit listrik berbahan bakar...
BerandaGaya HidupBotol Minum Isi Ulang: Solusi Lingkungan atau Ancaman Kesehatan? 

Botol Minum Isi Ulang: Solusi Lingkungan atau Ancaman Kesehatan? 

inspirasinusantara.id — Di tengah upaya global memerangi krisis iklim, botol minum isi ulang menjadi lambang perubahan gaya hidup yang lebih sadar lingkungan. Dengan membawa botol sendiri ke kantor, kampus, atau gym, banyak orang merasa telah berkontribusi mengurangi sampah plastik sekali pakai.

Penggunaan botol isi ulang dianggap solusi mengurangi sampah plastik. Namun, riset terbaru memperingatkan: benda ini bisa menjadi sarang bakteri bila tak dibersihkan dengan benar.

Di balik semangat hijau itu, para ilmuwan menemukan fakta mengejutkan: botol air kesayangan yang kerap kita bawa ternyata bisa menjadi tempat berkembang biaknya jutaan bakteri—bahkan hanya dalam waktu sehari.

Carl Behnke, pakar keamanan pangan dari Universitas Purdue di Indiana, AS, menemukan lapisan licin mencurigakan di dalam botolnya sendiri.

“Saya pikir itu bagian dari bahan botol, ternyata itu tumpukan bakteri,” ungkapnya.

Baca juga : Gaya Hidup Rendah Karbon Tumbuh Perlahan di Makassar

Penelitian lanjutan menunjukkan bahwa meskipun air yang digunakan adalah air matang atau air keran aman minum, bakteri tetap bisa tumbuh subur dalam botol, terutama jika tidak dibersihkan secara teratur dan benar.

Antara Risiko Kesehatan dan Kepedulian Lingkungan: Menakar Pilihan Cerdas dalam Gaya Hidup 

Dilansir dari BBC, Studi di Singapura menunjukkan bahwa jumlah bakteri dalam botol dapat meningkat drastis—dari 75.000 per mililiter di pagi hari menjadi lebih dari satu juta pada malam hari. Sumbernya bukan hanya dari air, tetapi juga dari mulut pengguna, tangan yang kotor, serta permukaan luar botol yang terpapar lingkungan.

Ironisnya, banyak pengguna botol isi ulang yang tak menyadari risiko ini. Survei Behnke mengungkap bahwa 15% responden tidak pernah mencuci botol mereka, sementara lebih dari separuh mengaku kerap membaginya dengan orang lain. Bahkan, seberapa sering mencuci belum tentu efektif jika tidak dilakukan dengan cara yang benar.

Profesor mikrobiologi dari University of Leicester, Primrose Freestone, menekankan pentingnya menggunakan air panas di atas 60°C dan sabun pencuci piring. Biofilm bakteri—lapisan licin yang tak terlihat—tidak bisa hilang hanya dengan air dingin.

Setelah dicuci, botol juga harus dikeringkan alami, karena kelembapan adalah ladang subur bagi mikroba.

Masalah lain datang dari bahan botol itu sendiri. Plastik, meski ringan dan murah, bisa melepaskan zat kimia ke dalam air, terutama jika terkena panas. Alternatif seperti stainless steel dianggap lebih aman, namun tetap memerlukan kebiasaan bersih yang disiplin.

Gaya Hidup Berkelanjutan Harus Disertai Kesadaran Menjaga Kebersihan 

Menyelamatkan bumi dari krisis iklim memang penting, tapi menjaga tubuh tetap sehat juga tidak kalah mendesak. Penggunaan botol minum isi ulang hanya akan benar-benar bermanfaat jika dibarengi dengan pemahaman dan perawatan yang tepat.

Botol terbaik bukanlah yang paling mahal atau paling estetik, melainkan yang paling mudah dibersihkan dan dirawat. Keseimbangan antara tanggung jawab terhadap lingkungan dan kesadaran menjaga kesehatan pribadi adalah kunci menjalani gaya hidup berkelanjutan—tanpa harus memilih salah satu dan mengorbankan yang lain. (*/IN)