back to top
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

InspirasiNusantara.id “MENGEDUKASI, MENGINSPIRASI, MENGGERAKKAN”
33 C
Jakarta
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

Jadilah Member Kami

Dapatkan konten Eksklusif yang menarik

― Advertisement ―

spot_img

5 Tempat Wisata di Sulsel: Alamnya Bikin Tak Percaya Ini Masih Indonesia!

inspirasinusantara.id  -- Sulawesi Selatan menyimpan beragam tempat wisata yang menakjubkan dan tak kalah indah dari destinasi internasional. Dari pantai berpasir putih hingga pegunungan yang...
BerandaPemerintahanPemkot Makassar dan Unibos Kolaborasi Hadirkan Gerakan Kota Sirkular Hijau

Pemkot Makassar dan Unibos Kolaborasi Hadirkan Gerakan Kota Sirkular Hijau

MAKASSAR, inspirasinusantara.id — Pemerintah Kota Makassar melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) bersama Universitas Bosowa (Unibos) resmi meluncurkan Makassar Eco Circular Hub (MEC Hub) sebagai langkah strategis menuju kota hijau dan berkelanjutan. Inisiatif ini menjadi bentuk sinergi antara pemerintah, akademisi, sektor swasta, dan masyarakat dalam membangun sistem pengelolaan sampah berbasis ekonomi sirkular.

Peluncuran MEC Hub berlangsung di Gedung Lestari 45 Universitas Bosowa, Selasa (7/10/2025), dirangkaikan dengan Pembekalan KKN Tematik Unibos Angkatan 59 yang mengusung tema pengabdian masyarakat di bidang lingkungan dan pengelolaan sampah.

Acara dihadiri oleh Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin, Ketua Dewan Lingkungan Hidup Melinda Aksa, Kepala DLH Kota Makassar Helmy Budiman, Kepala Dinas Perikanan dan Pertanian Aulia Arsyad, Ketua Pokja 4 PKK Indira Purnamasari, serta jajaran pimpinan Unibos. Turut hadir pula camat dan lurah dari wilayah yang menjadi lokasi percontohan MEC Hub.

Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, menyebut peluncuran MEC Hub sebagai tonggak penting dalam perjalanan kota menuju sistem sirkular, di mana sampah tidak lagi dianggap beban melainkan sumber daya bernilai ekonomi.

“Kita ingin menghadirkan perubahan pola pikir masyarakat. Bahwa sampah bukan sekadar limbah yang dibuang, tetapi bisa menjadi bagian dari siklus ekonomi yang memberi manfaat bagi lingkungan dan masyarakat,” ujar Munafri.

“Dengan kolaborasi lintas sektor seperti ini, kita yakin Makassar dapat menjadi model kota sirkular di Indonesia,” tambahnya

Kepala DLH Kota Makassar, Dr. Helmy Budiman, dalam pemaparannya menegaskan bahwa pihaknya menargetkan pengurangan sampah secara signifikan hingga tahun 2029 sejalan dengan visi Makassar Zero Waste.

“Kita menargetkan pengurangan sampah secara signifikan hingga tahun 2029, sejalan dengan visi Makassar Zero Waste,” ujarnya.

Ia menjelaskan, dengan pertumbuhan penduduk dan aktivitas ekonomi yang pesat, Makassar kini menghasilkan lebih dari 1.000 ton sampah per hari. Karena itu, inovasi dan partisipasi masyarakat menjadi kunci utama dalam mengubah sistem pengelolaan sampah.

“Untuk itu, keterlibatan masyarakat menjadi kunci utama, terutama dalam sistem pemilahan sampah di sumber dan penguatan fasilitas pengolahan di tingkat kelurahan,” jelas Helmy.

Helmy menambahkan, MEC Hub akan menjadi pusat koordinasi, pembelajaran, dan inovasi bagi seluruh pemangku kepentingan dalam menerapkan konsep ekonomi sirkular di kota ini.

Kolaborasi Multi-Sektor

Melalui peluncuran MEC Hub, Pemkot Makassar dan Unibos bersepakat membangun ekosistem yang mendukung transisi menuju kota berdaya sirkular. Sinergi ini diharapkan tidak hanya mengurangi timbunan sampah, tetapi juga melahirkan inovasi sosial dan ekonomi baru bagi warga.

“Kita tidak bisa bekerja sendiri. Kota berkelanjutan hanya bisa terwujud ketika seluruh elemen bergerak bersama. Makassar Eco Circular Hub menjadi awal dari langkah panjang kita menjaga bumi, mulai dari kota kita sendiri,” tukas Munafri.

Sementara itu, anggota Dewan Lingkungan Hidup Kota Makassar Marini Ambo Wellang memaparkan konsep dasar Makassar Eco Circular Hub yang berfokus pada edukasi, inovasi, dan pemberdayaan komunitas.

“MEC Hub bukan hanya tempat belajar dan berinovasi, tapi juga ruang bertumbuhnya gerakan masyarakat yang berdaya secara ekonomi lewat pengelolaan sampah. Di sini, semua pihak berkolaborasi—mulai dari pemerintah, akademisi, sektor usaha, hingga kelompok masyarakat,” ujar Marini.

Dalam implementasinya, camat berperan sebagai koordinator edukasi dan pelatihan petugas kebersihan, lurah serta RT/RW memetakan potensi sampah di wilayahnya, sementara kelompok masyarakat mengelola Bank Sampah Unit (BSU) dan mengembangkan produk daur ulang serta inovasi upcycle.

“Sektor HORECA (hotel, restoran, dan kafe) juga dilibatkan secara aktif dalam reduksi limbah makanan, dengan kewajiban melakukan pemilahan sampah di sumber untuk meningkatkan efisiensi proses daur ulang di MEC Hub,” jelasnya.

Empat Lokasi Percontohan

Sebagai tahap awal, MEC Hub diterapkan di empat lokasi percontohan:

Kelurahan Untia, melibatkan kelompok swadaya masyarakat binaan DLH.

Kelurahan Panambungan, fokus pada pengelolaan organik rumah tangga.

Kelurahan Baru, memanfaatkan TPS3R (Reduce-Reuse-Recycle) yang telah beroperasi aktif.

Kelurahan Paropo, bekerja sama dengan Urban Agrofarm, pengelola fasilitas maggot swasta yang mampu mengolah hingga 5 ton sampah makanan per hari.

“Keempat wilayah ini akan menjadi model percontohan pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat yang diharapkan dapat direplikasi di seluruh kecamatan di Kota Makassar,” terang Marini.

Mahasiswa Unibos Jadi Agen Perubahan

Rektor Universitas Bosowa, Prof. Dr. Batara Surya, menegaskan bahwa keterlibatan mahasiswa dalam MEC Hub merupakan bentuk nyata kontribusi kampus terhadap pembangunan berkelanjutan di Makassar.

“Mahasiswa Unibos hadir di tengah masyarakat bukan hanya untuk belajar, tetapi untuk menjadi bagian dari solusi. Berada di masyarakat adalah ujian sejati, di situlah mahasiswa akan dilihat, apakah mampu beradaptasi dan memberi dampak,” ujar Prof. Batara.

Ia menilai, KKN Tematik Unibos Angkatan 59 menjadi bagian penting dari sinergi perguruan tinggi dan pemerintah dalam menjawab tantangan lingkungan perkotaan.

“Melalui MEC Hub, mahasiswa KKN Tematik Unibos akan ditempatkan di empat lokasi pilot project, yaitu Kelurahan Untia, Panambungan, Baru, dan Paropo, guna mendampingi masyarakat dalam edukasi pemilahan sampah, pengelolaan bank sampah, serta inovasi daur ulang berbasis komunitas,” ungkapnya.

Prof. Batara menutup dengan harapan agar gerakan ini melahirkan kesadaran baru di masyarakat.

“Kami berharap gerakan ini menumbuhkan kesadaran lingkungan di tingkat warga dan menjadi katalis bagi lahirnya generasi muda yang peduli terhadap keberlanjutan kota,” harapnya. (*/IN)