IN, MAKASSAR — Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel merilis tingkat inflasi pada bulan November 2023 yakni terjadi inflasi year on year (yoy) gabungan lima kota di Sulawesi Selatan (Bulukumba, Watampone, Makassar, Parepare, dan Palopo) sebesar 2,79 persen dengan Indeks Harga Konsumen sebesar 116,50.
Tingkat inflasi Sulsel ini di bawah rata-rata nasional yang sebesar 2,86 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 116,08.
BACA JUGA: Jaga Stabilitas Harga, Kepala Biro Ekbang Junaedi Dampingi Pj Gubernur Bahtiar Operasi Pasar
Kepala Biro Ekonomi dan Administrasi Pembangunan Pemprov Sulsel, Junaedi B menyatakan, inflasi Sulsel ini merupakan yang pertama dalam lima tahun terakhir di bawah rata-rata nasional.
Hal ini sesuai dengan harapan Gubernur Sulsel Bahtiar Baharuddin sejak menjabat pada 5 September 2023 lalu.
“Inflasi Sulsel di bawah rata-rata nasional, memang yang pertama harapan pak gubernur saat menjabat, menargetkan inflasi Sulsel di bawah rata-rata nasional. Karena lima tahun terakhir tidak pernah,” kata Junaedi, Jumat, (1/12/2023).
Syukurnya, keinginan Bahtiar tersebut tercapai setelah menjadi salah satu program prioritasnya selama ini.
”Bulan November ini sudah tercapai. Berbagi upaya sudah dilaksanakan. Kita kerjasama Bank Indonesia, OJK, BPS, Bulog, seluruh pemerintah kabupaten/kota . Kami menyampaikan terimakasih kepada Forkompinda,” ungkap Edi-sapaannya.
Salah satu program yang paling menonjol dilakukan dalam menurunkan inflasi adalah gelar pangan murah (GPM).
“Termasuk operasi pasar. Target ke depan, kita intervensi per komoditi, misalnya cabai. Kita harapkan tidak jadi pemicu inflasi 2024,” tandasnya.
Diketahui, dari lima kota IHK di Sulawesi Selatan, inflasi yoy tertinggi terjadi di Makassar sebesar 2,86 persen dengan IHK sebesar 116,59. Sedangkan inflasi yoy terendah terjadi di Palopo sebesar 2,08 persen dengan IHK sebesar 115,03.
Komoditas utama penyumbang inflasi yoy pada November 2023, antara lain beras, cabai rawit, rokok kretek filter, angkutan udara, emas perhiasan, cabai merah, bawang putih, daging ayam ras, labu siam/jipang, dan gula pasir.
Pada bulan November, gabungan lima kota IHK terjadi inflasi secara mtm sebesar 0,16 persen. Inflasi terjadi karena adanya kenaikan indeks harga pada 8 kelompok pengeluaran.
Kelompok makanan, minuman dan tembakau mengalami kenaikan indeks harga yaitu sebesar 0,35 persen; kelompok pakaian dan alas kaki inflasi sebesar 0,04 persen; kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,05 persen; kelompok transportasi sebesar 0,26 persen; kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,01 persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,24 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,13 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,21 persen.
Sedangkan kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga mengalami deflasi sebesar 0,15 persen. Adapun kelompok pengeluaran kesehatan dan kelompok pendidikan tidak mengalami perubahan indeks harga. Tingkat inflasi gabungan lima kota IHK secara year to date (ytd) sebesar 2,07 persen. (*/IN)