Inspirasinusantara.id — BMKG mencatat fenomena atmosfer masih memicu cuaca ekstrem di berbagai daerah, meski musim kemarau telah mulai berlangsung. Kondisi ini tak bisa disepelekan, sebab curah hujan tinggi, angin kencang, hingga potensi bencana hidrometeorologi terus mengintai di tengah peralihan musim yang belum merata.
Meski sudah memasuki masa awal kemarau, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan bahwa cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi di banyak wilayah Indonesia. Berdasarkan analisis Zona Musim (ZOM), hanya 11% wilayah yang telah benar-benar memasuki musim kemarau, sementara sisanya masih berada dalam masa pancaroba atau transisi dari musim hujan.
Wilayah yang sudah terdampak musim kemarau mencakup sebagian kecil Aceh, Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, hingga Papua Barat. Namun, sebagian besar wilayah lainnya masih mengalami perubahan cuaca mendadak, dari cerah di pagi hari menjadi hujan lebat disertai petir pada sore atau malam.
“Meski sudah masuk musim kemarau, masyarakat diimbau tidak lengah terhadap potensi cuaca ekstrem, terutama hujan deras disertai petir dan angin kencang yang bisa muncul tiba-tiba,” tulis BMKG dalam rilis resminya,
Hujan Ekstrem dan Ancaman Bencana
Dalam sepekan terakhir, beberapa daerah mengalami curah hujan tinggi hingga ekstrem. Kota Ambon mencatat curah hujan tertinggi sebesar 199,9 mm/hari pada 19 Mei, disusul Gresik (103,3 mm), Kepulauan Tanimbar (107,0 mm), dan Kota Tangerang (118,4 mm).
Kondisi ini memicu bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, hingga banjir bandang.
BMKG menyebut sejumlah fenomena atmosfer menjadi penyebab utama. Madden-Julian Oscillation (MJO) yang berada di fase aktif, ditambah gelombang atmosfer Rossby, Kelvin, serta sistem tekanan rendah di wilayah selatan Indonesia, meningkatkan potensi pembentukan awan hujan yang masif dan tahan lama.
Baca juga : BMKG Prediksi Hujan Lebat Masih Menghampiri Sulawesi
Prediksi Cuaca Sepekan: Waspada Perubahan Mendadak
BMKG memperkirakan hingga 2 Juni 2025, cuaca di Indonesia akan didominasi oleh kondisi cerah berawan hingga hujan ringan. Namun, potensi hujan dengan intensitas sedang hingga sangat lebat masih membayangi berbagai wilayah, mulai dari Sumatra hingga Papua.
Kondisi atmosfer yang labil, diperparah dengan hembusan udara kering dari Australia, dapat memicu peningkatan kecepatan angin dan gelombang tinggi di wilayah selatan Indonesia seperti Laut Andaman dan Samudra Hindia selatan NTT.
BMKG menetapkan status siaga hujan lebat di beberapa daerah, seperti Aceh, NTB, Bangka Belitung, Sulawesi Barat, dan Papua Selatan, serta memperingatkan potensi angin kencang di Aceh, Jawa Barat, dan Kepulauan Riau.
Untuk informasi lebih lengkap dan terkini, masyarakat bisa mengakses situs resmi BMKG, aplikasi InfoBMKG, atau mengikuti media sosial @infoBMKG. (*/IN)



