INSPIRASI NUSANTARA– Gaya hidup Frugal living semakin ramai diperbincangkan sebagai solusi untuk menghadapi kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12% pada bulan Januari 2025.
Kampanye gaya hidup superhemat atau frugal living kini semakin ramai diperbincangkan di media sosial Indonesia, seiring dengan kebijakan pemerintah yang berencana menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% pada Januari 2025, sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP).
Masyarakat mulai berupaya untuk lebih cermat dalam pengeluaran, menanggapi perubahan besar dalam struktur pajak ini. Namun, tren ini, meski tampak menguntungkan bagi keuangan pribadi, dapat memberikan dampak signifikan pada perekonomian Indonesia secara keseluruhan.
Menurut Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listiyanto, kebiasaan hidup hemat ini dapat berisiko memperlambat laju konsumsi rumah tangga, yang saat ini menyumbang 53% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada kuartal III-2024. Sebagai gambaran, pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada tahun ini tercatat mengalami penurunan, dengan angka di bawah 5% di setiap kuartal: 4,91% pada kuartal I, 4,93% di kuartal II, dan 4,91% pada kuartal III.
Ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2024 hanya mencapai 4,95%, lebih rendah dibandingkan dengan 5,05% pada periode yang sama di tahun 2023.
Meskipun demikian, frugal living memiliki manfaat yang cukup jelas dalam hal pengelolaan keuangan pribadi, seperti meningkatkan tabungan, mengurangi utang, dan membentuk kebiasaan finansial yang lebih sehat. Tantangannya adalah konsistensi dalam membedakan mana yang merupakan kebutuhan dan keinginan, serta kedisiplinan dalam mengelola anggaran.
Beberapa contoh praktik frugal living yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari antara lain:
1. Mengatur Anggaran Bulanan
Membuat daftar pengeluaran dan berusaha untuk mematuhi batas anggaran yang telah ditetapkan.
2. Belanja Cerdas
Mencari harga terbaik dengan membandingkan berbagai pilihan sebelum membeli atau memilih barang bekas yang masih layak pakai.
3. Memanfaatkan Barang Secara Maksimal
Menggunakan barang yang ada hingga benar-benar habis manfaatnya, seperti membawa botol minum sendiri daripada membeli air kemasan.
4. Mengurangi Hiburan Mahal
Mengganti liburan mahal dengan alternatif yang lebih hemat, seperti berkemah atau piknik di lokasi lokal.
5. Hidup Sederhana
Mengurangi kebiasaan konsumtif dengan hanya membeli barang baru jika benar-benar diperlukan.
Meski banyak yang menganggap frugal living sebagai cara hidup yang lebih hemat dan bijak, masyarakat juga dihadapkan pada tantangan dalam menyeimbangkan kebutuhan finansial dengan dorongan untuk tetap mendorong konsumsi guna mempertahankan pertumbuhan ekonomi negara. (fit/in)