IN, MAKASSAR — Mengamalkan diam beberapa waktu di masjid atau iktikaf sama halnya menjauhkan pikiran dari keduniaan untuk mendekatkan diri kepada Allah sangat dianjurkan pada bulan Ramadan.
Niat iktikaf semata-mata untuk beribadah kepada Allah SWT. Dengan menguatkan diri baca Al-Quran. Pada dasarnya iktikaf dapat dilakukan setiap saat, tetapi lebih dianjurkan khususnya di bulan Ramadan.
BACA JUGA: Bersihkan Dosa Kecil Selama Ramadan dengan Zakat Fitrah
Keutamaan lain itu, terlebih menjadi bagian dari upaya meraih keutamaan Lailatul Qadar.
“Iktikaf di bulan Ramadan dianjurkan terutama di sepuluh malam terakhir,” jelas Wakil Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (NU) Kota Makassar, KH. Amirullah Amri.
Berdasarkan sebuah hadits, Rasulullah SAW menyatakan jika iktikaf di sepuluh malam terakhir bagai beriktikaf dengan beliau (Rasulullah SAW).
“Siapa yang ingin beri’tikaf bersamaku, maka beri’tikaflah pada sepuluh malam terakhir” (HR Ibnu Hibban).
“Memulai iktikaf dengan memilih tempat, bulatkan niat, bersiap mabit atau tinggal dan menginap di masjid, harus hening,” jelasnya.
Ustaz Amirullah menyampaikan, hukum iktikaf asalnya sunnah. Tetapi dapat menjadi wajib jika dinazarkan.
Yang hendak beriktikaf syaratnya harus beragama islam dan berakal sehat. Bebas dari hadas besar. Maksudnya adalah tidak sah iktikaf yang dilakukan oleh seseorang jika tidak memenuhi syarat tersebut.
Wakil Ketua PD Muhamamdiyah Makassar, Muh Said Samad menambahkan, demi meraih keutamaan yang lebih besar seseorang tentu dapat memperbanyak ragam niatnya. Seperti berniat mengunjungi dan menghormati masjid sebagai rumah Allah, berzikir, dan mendekatkan diri kepada-Nya.
“Terutama menguatkan niat mengharap rahmat dan rida-Nya, dan juga bermuhasabah,” tegasnya.
Selain itu, bisa juga dilakukan untuk mengingat hari akhir, mendengarkan nasihat dan ilmu-ilmu agama. Iktikaf juga dimanfaatkan untuk bergaul dengan orang-orang saleh dan cinta kepada Allah, memutus segala hal yang dapat melupakan akhirat, dan sebagainya. (*/IN)