Inspirasinusantara.id – Di antara labirin tebing karst yang menjulang dan heningnya hamparan hijau Desa Rammang-Rammang, aliran tenang Sungai Pute menyuguhkan pesona yang tak biasa. Bukan sekadar tempat wisata, ia adalah ruang untuk menyepi, merenung, dan kembali menyatu dengan alam.
Suara dayung yang membelah air menjadi musik pengantar perjalanan, mengiringi langkah para pelancong menyusuri nadi alam Sulawesi Selatan yang menjelma tempat wisata penuh pesona. Setiap tikungan sungai adalah lukisan hidup: pepohonan rimbun bergoyang lembut diiringi semilir angin, batuan karst berjejer bak benteng purba, dan langit yang kadang berwarna biru jernih, kadang sendu dalam mendung.
Keindahan ini bukan hanya milik mata, tapi juga milik rasa. Ia memeluk pelancong dalam ketenangan yang tak bisa dibeli dari kota-kota besar yang bising.
Tempat wisata Sungai Pute bukan hanya membawa pesona visual, tapi juga kisah panjang masyarakat lokal yang hidup berdampingan dengan alam.
Di sepanjang sungai, pelancong kerap disambut hangat oleh warga Kampung Berua—sebuah dusun kecil yang berdiri tenang di tengah bentang karst raksasa. Di sinilah cerita kehidupan, tradisi, dan kearifan lokal bertaut erat dengan alam yang mereka jaga bersama.
Saat senja mulai menyapa, cahaya keemasan jatuh menyilang di permukaan air. Gradasi warna langit, pantulan tebing, dan siluet pohon-pohon menciptakan panorama yang sulit dilukiskan dengan kata-kata.
Perjalanan menyusuri Sungai Pute pun menjadi lebih dari sekadar tempat wisata—ia menjelma perjalanan batin yang membawa pulang ketenangan.
Menelusuri Keajaiban Rammang-Rammang: Wisata Karst Terbesar Kedua di Dunia
Terletak di kawasan karst Maros-Pangkep yang diakui sebagai terbesar kedua di dunia, Sungai Pute menjadi pintu gerbang menuju keajaiban alam Rammang-Rammang. Untuk mencapainya, pelancong menaiki perahu kecil dari dermaga Desa Salenrang dan menyusuri aliran sungai sepanjang kurang lebih 1,5 kilometer.
Di kiri-kanan, dinding karst menjulang, membingkai setiap detik perjalanan dengan pesona geologi yang menakjubkan.
Baca juga : Gagal ke Jepang? Kunjungi Tempat Wisata Sierra Sky Malino Aja Dulu!
Perjalanan ini bukan hanya tentang pemandangan, tetapi tentang pengalaman yang menggugah rasa: udara segar yang memenuhi paru-paru, suara jangkrik yang bersahut-sahutan dari kejauhan, dan percakapan hangat dengan pendayung lokal yang sering kali menyisipkan cerita rakyat tentang asal mula bukit-bukit batu ini.
Tak sedikit wisatawan mancanegara menyebut tempat wisata Sungai Pute sebagai “Venice-nya Sulawesi” karena keunikan lanskapnya yang sulit ditandingi.
Pelestarian Alam dan Kearifan Lokal: Dua Napas Sungai Pute
Di balik keindahannya, Sungai Pute juga menjadi pengingat akan pentingnya harmoni antara manusia dan lingkungan. Masyarakat Kampung Berua hidup dari alam tanpa merusaknya.
Mereka menanam padi, memelihara ikan, dan menyambut tamu dengan senyum yang tak dibuat-buat. Setiap wisatawan yang datang tak hanya disuguhi panorama, tapi juga diajak menyelami nilai-nilai hidup yang sederhana namun penuh makna.
Upaya pelestarian kawasan karst ini juga semakin digalakkan oleh komunitas lokal, akademisi, hingga pegiat lingkungan. Eduwisata, pengelolaan sampah, dan pengurangan aktivitas yang merusak ekosistem menjadi bagian dari narasi baru Sungai Pute: wisata berbasis konservasi dan pemberdayaan.
Tempat wisata Sungai Pute bukan hanya untuk sekadar dikunjungi, tapi untuk dirasakan. Ia menyentuh jiwa, menyejukkan pikiran, dan menegaskan bahwa di tengah derasnya modernisasi, masih ada ruang di bumi ini yang menjaga keselarasan antara manusia, budaya, dan alam. (*/IN)



