IN, MAKASSAR – Pengamat Politik Unhas, Andi Ali Armunanto merespon ketidakcocokan Gibran jika disandingkan dengan Prabowo Subianto. Katanya, hal tersebut hanya akan menurunkan elektabilitas Prabowo sebagai Bakal Calon Presiden (Bacapres) RI.
“Saya rasa reaksi publik terhadap putusan MK sudah menunjukkan bahwa masyarakat tidak suka dengan dinasti politik modern. Hal itu akan merusak elektabilitas Prabowo untuk maju,” katanya.
Fenomena dinasti politik modern tutur Armunanto bukan hal yang baru. “Dalam konteks demokrasi, dinasti tidak dilihat kekuasaan, tapi dipilih sebagai prevalensi masyarakat, orang-orang yang memiliki popularitas tinggi, dan itu tidak harus anak, atau orang-orang yang bisa mempresentasikan dirinya untuk melanjutkan estafet kepemimpinan,” jelasnya.
Selain itu, Dosen Politik Unhas ini melihat elektabilitas Prabowo Subianto justru akan melejit jika dipasangkan dengan Erick Thohir atau Yusril Ihza Mahendra.
Prabowo, harus memilih pasangan yang sepadan, sama dengan Muhaimin Iskandar atau akrab disapa Cak Imin yang dinilai dapat memberikan penguatan akar rumput kepada Anies Baswedan.
“Anies-Muhaimin menjadi pilihan alternatif bagi orang-orang yang tidak senang dengan rezim, khususnya Anies yang menggunakan isu Identitas, dan isu lainnya terhadap pemerintahan,” pungkasnya.
Sedangkan, Ganjar menurut Armunanto sulit maju jika isu buruk pemerintah yang kemudian muncul sangat kuat, maka hadirnya Mahfud MD memberikan kekuatan baru.
“Ganjar sendiri masih dinilai bagian dari pemerintah, jika isu-isu kebencian masih ke pemerintah orang tidak akan berpartisipasi dengan Ganjar, tapi dengan Mahfud tentunya akan memberikan kekuatan baru, dan ini terbukti sambutan masyarakat yang luar biasa. Mereka berdua bisa melampaui Prabowo jika tidak memilih wakil yang memiliki prevalensi dengan masyarakat,” jelasnya