inspirasinusantara.id – Dibalik kenyamanan kafe dan aroma kopi yang menggoda, tersimpan cerita tak terlihat—jejak karbon yang tak hanya membakar biji, tapi juga masa depan ekosistem global.
Bagi jutaan orang, hari terasa kurang lengkap tanpa singgah di kafe dan menyeruput secangkir kopi hangat. Namun, di balik kenikmatan sederhana itu, tersimpan perjalanan panjang yang meninggalkan jejak karbon tak kecil bagi bumi.
Dalam laporan kolaboratif terbaru antara Terrascope dan Olam Food Ingredients (ofi), terungkap bahwa industri kopi, salah satu komoditas global terbesar, menyumbang jejak karbon signifikan—bahkan sebelum bijinya meninggalkan lahan perkebunan. Tak hanya itu, perubahan iklim juga mulai menunjukkan ancamannya secara langsung: dari meroketnya harga biji kopi hijau hingga menyusutnya lahan pertanian yang ideal.
Produksi kopi, terutama jenis Arabika dan Robusta yang mendominasi pasar global, kini kian rentan akibat suhu global yang meningkat, pola hujan tak menentu, hingga serangan penyakit tanaman seperti karat daun. Menurut data dari cdp.net, luas lahan layak tanam kopi bisa menurun drastis hingga 97% pada 2050 di berbagai wilayah penghasil utama.
Jejak Karbon dari Perkebunan hingga Cangkir Kopi
Tak banyak yang tahu, secangkir kopi hitam berukuran 12 oz setara dengan emisi karbon sebesar 0,258 kg CO₂e. Sementara latte dengan campuran susu menghasilkan hampir tiga kali lipat emisi: 0,844 kg CO₂e per sajian.
“Jika dinikmati setiap hari, secangkir kopi ini berkontribusi sekitar 94 kg CO₂e per tahun—hampir setara dengan emisi dari pembakaran 11 galon bensin.” Dikutip dari Nationalgeographic.
Baca juga : Jejak Karbon Tersembunyi di Balik Gemericik Air Wastafel
Sekitar 75% hingga 91% jejak karbon kopi muncul dari tahap awal produksi, khususnya dari praktik pembukaan hutan untuk perluasan lahan tanam, penggunaan pupuk berbasis nitrogen yang menghasilkan gas rumah kaca N₂O, hingga metode pemrosesan basah yang mencemari lingkungan.
Tak kalah penting, penggunaan susu sapi sebagai campuran minuman juga memperbesar jejak karbon karena emisi metana dari ternak serta konsumsi air dan lahan yang tinggi.
Langkah Nyata Menuju Kopi Rendah Emisi
Dilansir dari Nationalgeographic, Penggunaan teknik pertanian presisi, pengaplikasian biochar dari limbah pohon kopi, hingga transisi ke energi terbarukan untuk proses pemanggangan dan distribusi bisa memangkas jejak karbon hingga 45%. Bahkan penggantian gelas sekali pakai dengan cangkir yang dapat digunakan kembali dan kompos ampas kopi mampu menutup siklus limbah secara lebih ramah lingkungan.
Namun, adopsi teknologi dekarbonisasi masih menjadi tantangan besar, terutama bagi petani kecil yang menjadi tulang punggung produksi kopi dunia. Dukungan regulasi, akses pendanaan hijau, dan insentif rantai pasok dibutuhkan agar transisi ini berjalan inklusif dan berkeadilan.
Sebagai konsumen juga punya andil. Dengan memilih kopi dari sumber berkelanjutan dan mendukung merek yang berkomitmen terhadap pengurangan jejak karbon, kita turut mendorong transformasi di sektor ini. (*/IN)