back to top
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

InspirasiNusantara.id “MENGEDUKASI, MENGINSPIRASI, MENGGERAKKAN”
32 C
Jakarta
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

Jadilah Member Kami

Dapatkan konten Eksklusif yang menarik

― Advertisement ―

spot_img

Ketika Kebencian Menjadi Sebuah Seni

Judul Buku : Malice Pengarang : Keigo Higashino Alih Bahasa : Faira Ammadea Editor : Rara Desain Sampul : Martin Dima Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, anggota IKAPI Tahun Terbit...
BerandaSastraSecangkir Kopi, Waktu, dan Kita yang Akhirnya Menerima

Secangkir Kopi, Waktu, dan Kita yang Akhirnya Menerima

Judul Buku: Dona Dona

Penulis Buku: Toshikazu Kawaguchi

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit: 2023

Jumlah Halaman: 264 halaman

ISBN: 9786020671710

MAKASSAR, Inspirasinusantara.id — “Jika diberi kesempatan untuk kembali ke masa lalu, apa yang akan kamu lakukan?”

Setiap orang pasti berharap bisa menjalani masa depan tanpa adanya bayang-bayang penyesalan dari masa lalu. Namun, kenyataannya, hidup sering kali menyisakan penyesalan atas keputusan-keputusan yang telah diambil atau kesempatan-kesempatan yang telah terlewat.

Baca juga: Gerakan Dakwah Hijau Makassar di Tengah Krisis Iklim

Dalam novel Dona Dona karya Toshikazu Kawaguchi, tema ini diangkat dengan sangat menyentuh melalui kisah-kisah orang-orang yang mendapat kesempatan untuk kembali ke masa lalu, meskipun dengan aturan dan keterbatasan yang ketat.

Novel Dona Dona merupakan karya fiksi yang menyentuh perasaan dan mendorong pembacanya untuk memikirkan kembali arti kehidupan serta berbagai pilihan yang harus diambil.

Cerita dalam buku ini menyajikan konsep unik tentang sebuah kafe yang menawarkan layanan istimewa kepada pengunjungnya: Perjalanan melintasi waktu. Novel ini menghadirkan empat kisah perjalanan waktu dengan kopi yang harus dihabiskan sebelum dingin. Yang pertama adalah seorang wanita muda yang menyimpan dendam kepada orang tuanya yang menjadikannya yatim piatu kesepian, yang kedua seorang komedian yang kehilangan tujuan hidup setelah berhasil mewujudkan impian mendiang istrinya, yang ketiga seorang adik yang khawatir kakaknya takkan bisa tersenyum lagi setelah kepergiannya, dan yang keempat seorang pemuda yang tak mampu mengungkapkan cinta terpendam kepada sahabatnya.

Kawaguchi menyampaikan tema waktu, penyesalan, dan kesempatan dengan gaya penulisan yang lembut dan menyentuh. Meski berbalut fantasi perjalanan waktu, cerita-ceritanya terasa dekat dan emosional.

Ia menekankan pentingnya hidup di masa kini, menerima masa lalu, dan tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengungkapkan perasaan. Novel ini memiliki banyak kelebihan, antara lain gaya bahasa yang indah dan puitis, cerita yang menyentuh dan mudah membuat pembaca merenung, struktur narasi yang unik dan konsisten, serta karakterisasi yang kuat dan emosional.

Meski demikian, ada beberapa kekurangan yang mungkin dirasakan sebagian pembaca, seperti alurnya yang terasa lambat dan konsep kafe serta aturan waktu yang sama di setiap cerita bisa terasa repetitif jika dibaca tanpa jeda.

Dona Dona adalah novel reflektif yang cocok dibaca oleh siapa saja yang sedang merenungi hidup, penyesalan, dan arti dari kesempatan kedua.

Dengan cerita yang menyentuh dan penuh makna, buku ini sangat direkomendasikan, khususnya bagi pecinta cerita bertema perjalanan waktu dan drama kehidupan. Kutipan terakhir dalam novel ini sangat menggugah dan menjadi pesan utama yang hendak disampaikan penulis:

“Menurutku, kematian tidak seharusnya menjadi alasan seseorang tidak bahagia. Sebab, tak ada orang yang tak akan mati. Jika kematian adalah penyebab ketidakbahagiaan, berarti semua orang dilahirkan untuk tidak bahagia. Hal itu tidak benar. Setiap orang tentu dilahirkan demi kebahagiaan.” (*)

Penulis: Citra Vaundrakarna Buranna, Mahasiswa Sastra Jepang