back to top
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

InspirasiNusantara.id “MENGEDUKASI, MENGINSPIRASI, MENGGERAKKAN”
28.3 C
Jakarta
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

Jadilah Member Kami

Dapatkan konten Eksklusif yang menarik

― Advertisement ―

spot_img

Stop Boros, Bupati Enrekang Serukan Gerakan Selamatkan Pangan

ENREKANG, inspirasinusantara.id – Menindaklanjuti Surat Edaran Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 100.3.41/8774/Diskepang tentang imbauan pelaksanaan Gerakan Selamatkan Pangan 2025, Bupati Enrekang H. Muh. Yusuf Ritangnga...
BerandaRagamSeni dan Krisis Iklim: Kreativitas Jadi Suara Lingkungan

Seni dan Krisis Iklim: Kreativitas Jadi Suara Lingkungan

Inspirasinusantara.id – Krisis iklim kini kian terasa dampaknya di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Seni hadir sebagai suara kreatif yang mampu menyentuh hati, menggerakkan kesadaran, dan mengajak orang ikut bertindak menjaga bumi.

Situasi ini tidak hanya memengaruhi lingkungan, tetapi juga mengganggu sendi-sendi kehidupan manusia. Dampak krisis iklim meluas ke sektor ekonomi dengan ancaman pada pertanian, perikanan, dan pariwisata yang sangat bergantung pada kestabilan cuaca.

Kesehatan masyarakat pun terimbas oleh polusi udara, banjir, dan kekeringan, sementara akses terhadap air bersih semakin terbatas. Di dunia pendidikan, bencana hidrometeorologi sering kali merusak infrastruktur sekolah dan menghambat proses belajar-mengajar.

Kesadaran kolektif untuk memahami batasan Bumi dan menjalankan kebijakan mitigasi serta adaptasi menjadi semakin penting. Namun, upaya itu tidak hanya bisa ditempuh lewat jalur politik atau sains.

Baca juga :  Filosofi Alam Sulsel Jadi Inspirasi Hadapi Krisis Iklim

Dilansir dari Greenpeace, seni ternyata juga mampu memainkan peran penting dalam mengajak publik merenung sekaligus bertindak menghadapi krisis iklim. Di ARTJOG 2024  lalu, dua seniman yakni Ines Katamso dan Kanoko Takaya menghadirkan karya yang tidak hanya bernilai estetika, tetapi juga sarat makna ekologis.

Melalui bahasa visual, mereka menyampaikan pesan kuat tentang relasi manusia dan alam yang semakin timpang.

Pesan Ekologis dari Karya Seni

Ines Katamso, lewat karyanya Post Strata, menggunakan plastik daur ulang dan puing konstruksi untuk membentuk relief menyerupai fosil. Ia ingin menunjukkan bahwa sisa-sisa peradaban modern akan menjadi catatan abadi dalam sejarah geologi Bumi.

Plastik, simbol modernitas yang konsumtif, digambarkan sebagai “fosil” masa depan yang mencerminkan cara manusia menguras sumber daya secara berlebihan.

Sementara itu, Kanoko Takaya menghadirkan instalasi dari serat kelapa dan limbah tekstil. Dengan garis lengkung dan warna lembut, ia mengajak publik menemukan keseimbangan antara manusia dan alam.

Karyanya juga menjadi refleksi tentang ketimpangan ekonomi, eksploitasi alam, dan pentingnya hidup sederhana agar tetap selaras dengan batasan ekologi.

Seni sebagai Seruan Perubahan  Kisis Iklim

Karya-karya tersebut menegaskan bahwa seni bukan sekadar medium estetika, melainkan juga wadah kritik sosial dan seruan lingkungan. Melalui ekspresi kreatif, seniman mampu menyentuh sisi emosional masyarakat, membuka ruang diskusi, dan memperluas pemahaman tentang krisis iklim.

Seni, dengan daya tarik dan kekuatannya, dapat menjadi alat yang efektif dalam membangun kesadaran dan menginspirasi perubahan. Pesan yang disampaikan Ines Katamso dan Kanoko Takaya di ARTJOG 2024 menunjukkan bahwa kreativitas mampu melampaui batas ekspresi pribadi.

Seni hadir sebagai suara kolektif untuk melawan krisis iklim, sekaligus menegaskan pentingnya menjaga keseimbangan antara manusia dan alam demi masa depan yang berkelanjutan. (*/IN)