Tak Sekadar Tren, Kopi Keliling Hadirkan Nostalgia

Tak Sekadar Tren, Kopi Keliling Hadirkan Nostalgia
BIKIN NOSTALGIA. Yusran, salah seorang pedagang kopi keliling. (foto:inspirasinusantara/priskawati)

IN, MAKASSAR— Di tengah menjamurnya coffee shop atau kedai kopi modern dengan konsep kekinian, Yusran tetap setia menjalankan kopi kelilingnya. Dengan gerobak sederhana dan semangat pantang menyerah, ia menjual kopi racikannya dari pinggir jalan, menawarkan cita rasa.

Berbeda dengan kedai kopi yang menawarkan suasana nyaman dan estetik, Yusran menghadirkan pengalaman minum kopi yang lebih sederhana, tetapi tetap berkesan. Hanya dengan sebuah boks berisi berbagai jenis kopi, es batu, dan beberapa cangkir plastik, ia memulai usaha ini sejak Desember lalu.

BACA JUGA: Hari Minum Kopi Nasional : 5 Kedai Kopi Unik di Sulawesi Selatan

BACA JUGA: Kopi dan Kolaborasi: Budaya Warkop yang Tetap Relevan Untuk Gen Z  

Meskipun kopi keliling hanyalah pekerjaan sampingan, Yusran mengaku pendapatannya cukup menjanjikan.

“Penghasilannya lumayan dan ini hanya sebagai kerja sampingan,” ujarnya sambil menuangkan kopi ke dalam gelas salah satu pembelinya, Senin (03/02/2025)

Di era digital seperti sekarang, kedai kopi modern semakin menjamur, menawarkan konsep yang lebih eksklusif dengan varian kopi premium dan desain Instagramable. Kopi bukan lagi sekadar minuman, tetapi telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat.

Namun, di tengah tren tersebut, kopi keliling seperti yang dijual Yusran masih memiliki tempat tersendiri di hati pelanggan. Harganya yang lebih ramah di kantong menjadi salah satu daya tarik utama. Dengan biaya yang jauh lebih murah dibandingkan harga secangkir kopi di kafe, pelanggan tetap bisa menikmati rasa kopi yang nikmat.

Selain itu, kopi racikan Yusran memiliki cita rasa autentik yang mengingatkan pelanggan pada warung kopi tradisional. Banyak dari mereka yang sudah menjadi pelanggan tetap karena merasa kopi keliling menghadirkan kehangatan tersendiri yang sulit ditemukan di kedai modern.

Meskipun harus bersaing dengan kedai kopi besar, Yusran tak merasa khawatir. Baginya, kopi bukan sekadar minuman, tetapi juga bagian dari budaya dan interaksi sosial yang tetap hidup di tengah modernisasi.

Kehadiran penjual kopi keliling seperti Yusran menjadi bukti bahwa usaha kecil masih bisa bertahan meski tren terus bergeser. Selama ada pelanggan yang menghargai cita rasa khas dan harga yang bersahabat, kopi keliling akan tetap dicari.

Di tengah gempuran kedai kopi modern, aroma kopi keliling yang sederhana tetap menyimpan nostalgia dan kehangatan yang tak tergantikan. (*/)

Penulis: Priskawati Pakila’

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *