INSPIRASINUSANTARA.ID – Dahulu, hamparan sawah hanya dikenal sebagai simbol ketenangan dan ketekunan petani. Kini, sawah di Sulawesi Selatan telah naik kelas—menjadi tempat wisata latar selfie favorit Gen Z dan spot healing digital yang sedang naik daun.
Fenomena ini tampak nyata di berbagai tempat wisata alam seperti Malino hingga Toraja. Dari yang dulunya hanya dikunjungi karena keindahan alami, kini tempat-tempat itu dipoles jadi ruang swafoto yang kekinian, tanpa meninggalkan sentuhan budaya lokal.
Meski berubah secara tampilan dan fungsi, tempat wisata sawah di Sulsel tetap mempertahankan akar lokalnya. Unsur budaya seperti rumah panggung, kebun rempah, dan kearifan pertanian tradisional tetap hadir di tengah modernisasi bentuk.
Ini bukan sekadar transformasi tempat, tetapi juga cerminan bagaimana masyarakat Sulsel merespons tren global tanpa kehilangan jati diri.
Berikut 5 tempat wisata sawah di Sulsel yang mengalami evolusi dari alami menjadi estetik:
1. Rumah Kurcaci D’Sawah – Malino, Gowa
Terletak di kawasan sejuk Malino, tempat wisata Rumah Kurcaci D’Sawah menjadi daya tarik wisata baru yang memadukan lanskap sawah dengan imajinasi dunia dongeng. Di tengah hamparan padi yang hijau, berdiri rumah-rumah mini menyerupai tempat tinggal kurcaci lengkap dengan lorong bambu, pintu kecil, dan ornamen warna-warni.
Tempat ini menjadi favorit wisatawan muda, terutama Gen Z yang gemar membuat konten visual unik. Tak hanya untuk swafoto, area ini juga menyediakan edukasi pertanian dan taman bermain alami untuk keluarga.
2. Kabutipis – Malino, Gowa
Kabutipis hadir sebagai kafe dan ruang terbuka yang menawarkan suasana alami khas pedesaan Malino. Dikelilingi oleh sawah, pohon pinus, dan udara sejuk pegunungan, tempat ini menjadi lokasi ideal untuk workcation atau sekadar menikmati kopi sore sambil rebahan di bean bag.
Baca juga : Jejak Mitos di Tempat Wisata Sulsel
Jembatan bambu yang melintasi sawah dan meja-meja rotan di tengah kebun menambah daya tarik visual bagi pengunjung yang ingin mendapatkan pengalaman estetika sekaligus alami. Tempat ini juga ramah digital, lengkap dengan WiFi dan spot foto kreatif.
3. Wisata Dolli Bungaeja – Maros
Wisata Dolli Bungaeja di Maros merupakan kawasan wisata yang dikembangkan langsung oleh masyarakat lokal. Memadukan sawah, taman bunga, dan rumah bambu, tempat ini menghadirkan suasana damai dan penuh warna.
Ayunan estetik, lorong bunga, dan menara pandang kecil membuat pengunjung dapat menikmati panorama sawah dari berbagai sudut. Lokasinya kerap dijadikan tempat foto prewedding hingga konten healing yang bernuansa alami.
Lebih dari sekadar tempat wisata, Dolli Bungaeja menjadi contoh bagaimana kreativitas warga desa dapat mengangkat potensi lokal.
4. Sawah Kalimbuang – Toraja Utara
Di Toraja Utara, kawasan Kalimbuang menyuguhkan pemandangan sawah terasering yang eksotis, berpadu dengan lanskap budaya seperti kubur batu dan rumah adat Tongkonan. Suasana alam yang asri dan keheningan yang khas membuat kawasan ini digemari para pencari ketenangan dan penggemar slow-travel.
Wisatawan tidak hanya menikmati keindahan sawah, tetapi juga bisa menyaksikan aktivitas bertani masyarakat Toraja secara tradisional. Kalimbuang kini mulai dikenal sebagai salah satu spot kontemplatif terbaik di Toraja.
Menurut Syarifuddin Palondongan, pengelola desa wisata Banteng Alla Utara, “Anak muda sekarang mencari pengalaman visual yang kuat. Tempat wisata harus Instagrammable, tapi juga punya nilai otentik. Dan sawah itu punya keduanya.”
Transformasi ini juga turut membantu ekonomi warga sekitar. Banyak ibu rumah tangga kini membuka warung, menjual cemilan lokal hingga menyewakan properti selfie sederhana dari bahan bambu dan kain sarung.
Dari sawah ke selfie, perubahan ini menunjukkan bahwa Sulsel mampu mengemas alam dan budaya menjadi tempat wisata yang connect dengan generasi baru—tanpa kehilangan akar tradisinya. (*/IN)



