back to top
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

InspirasiNusantara.id “MENGEDUKASI, MENGINSPIRASI, MENGGERAKKAN”
28.5 C
Jakarta
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

Jadilah Member Kami

Dapatkan konten Eksklusif yang menarik

― Advertisement ―

spot_img

PTBA dan Warga Desa Sidodadi Sulap Hutan Mangrove Jadi Ekowisata Favorit

PESAWARAN, inspirasinusantara.id — PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Unit Pelabuhan Tarahan bersama masyarakat Desa Sidodadi, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran, berhasil mengubah kawasan hutan...
BerandaWisataTransformasi Desa Lewat Pariwisata Berkelanjutan, Pemuteran Bali Masuk Daftar Dunia

Transformasi Desa Lewat Pariwisata Berkelanjutan, Pemuteran Bali Masuk Daftar Dunia

inspirasinusantara.id — Program Best Tourism Villages (BTV) yang digagas UN Tourism atau Badan PBB untuk Pariwisata bukan sekadar penghargaan bagi desa indah di dunia. Lebih dari itu, inisiatif global ini menjadi bagian dari komunikasi kebijakan PBB untuk mendorong pembangunan pedesaan berkelanjutan, berbasis pada kekuatan masyarakat lokal.

Tahun 2025, sebanyak 52 desa dari 65 negara dinobatkan sebagai Desa Wisata Terbaik versi PBB, terpilih dari lebih 270 pengajuan. Selain itu, ada 20 desa lain yang masuk Program Peningkatan, dan seluruhnya tergabung dalam Jaringan Desa Wisata Terbaik (BTV Network) komunitas destinasi pedesaan terbesar di dunia yang kini beranggotakan 319 desa.

Beberapa negara bahkan berhasil menempatkan lebih dari satu desa dalam daftar tahun ini, seperti Argentina, China, Jepang, Korea Selatan, Iran, dan Turki.

Sementara Indonesia menorehkan kebanggaan lewat Desa Pemuteran di Kabupaten Buleleng, Bali, yang dikenal dengan ekowisata bahari dan konservasi terumbu karang berbasis masyarakat.

Pariwisata sebagai Instrumen Pembangunan Global

Menurut Sekretaris Jenderal UN Tourism, Zurab Pololikashvili, pemilihan desa terbaik dunia ini bukan semata menilai keindahan destinasi, melainkan menyoroti bagaimana desa-desa tersebut menjaga warisan budaya, melestarikan sumber daya alam, serta menciptakan ekonomi lokal melalui pariwisata berkelanjutan.

“Pariwisata dapat menjadi alat yang ampuh untuk meningkatkan kesejahteraan bersama, pertumbuhan inklusif, dan kohesi sosial di daerah pedesaan,” ujar Pololikashvili dalam pernyataannya, dikutip dari CNN.

“Desa-desa ini menunjukkan bahwa dengan merangkul pariwisata, mereka dapat membangun masa depan di mana tidak ada yang tertinggal.”

Melalui Best Tourism Villages, PBB mengirimkan pesan kebijakan yang kuat: desa harus menjadi pusat pembangunan berkelanjutan dunia. Pariwisata menjadi medium diplomasi yang menyatukan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan.

Pemuteran: Diplomasi Pariwisata Hijau dari Indonesia

Desa Pemuteran di Bali merupakan contoh nyata penerapan kebijakan global PBB di tingkat lokal. Selama dua dekade terakhir, masyarakat Pemuteran aktif mengembangkan wisata bahari berbasis konservasi dengan pendekatan community-based tourism.

Di sini, warga setempat terlibat langsung dalam pengelolaan kawasan selam, pengawasan ekosistem laut, serta penyediaan layanan wisata yang ramah lingkungan. Upaya itu membuat Pemuteran diakui sebagai desa wisata dengan keseimbangan antara ekologi dan ekonomi — sejalan dengan semangat Sustainable Development Goals (SDGs) poin 8 dan 11, yakni pertumbuhan ekonomi inklusif dan komunitas berkelanjutan.

Dengan karakter pantai berombak tenang dan keindahan bawah laut yang terjaga, Pemuteran bukan hanya menarik wisatawan dunia, tapi juga menjadi model kebijakan lokal yang menunjukkan bagaimana pariwisata dapat berjalan tanpa merusak alam.

Pesan Kebijakan untuk Dunia dan Indonesia

Melalui penobatan 52 Desa Wisata Terbaik 2025, UN Tourism menegaskan kembali peran desa sebagai laboratorium pembangunan inklusif. Program ini diharapkan menjadi inspirasi bagi pemerintah di berbagai negara, termasuk Indonesia, untuk memperkuat kebijakan desa wisata berbasis komunitas dan keberlanjutan lingkungan.

Bagi Indonesia, keberhasilan Pemuteran bukan sekadar prestasi pariwisata, melainkan bentuk diplomasi kebijakan hijau di ranah internasional. Desa ini membuktikan bahwa kolaborasi warga, pemerintah, dan pelaku wisata mampu melahirkan model pembangunan pedesaan yang mandiri dan berkelanjutan. (*/IN)