back to top
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

InspirasiNusantara.id “MENGEDUKASI, MENGINSPIRASI, MENGGERAKKAN”
31.4 C
Jakarta
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

Jadilah Member Kami

Dapatkan konten Eksklusif yang menarik

― Advertisement ―

spot_img

Makassar Makin Padat: Hutan Kota yang Hilang

MAKASSAR, Inspirasinusantara.id – Siang itu, Maulana Ishak menatap matahari dari balik jendela rumahnya di Mariso. Udara terasa tajam, menampar kulit tanpa ampun. Sinar mentari...
BerandaRagamWorkcation: Pilih 5 Camilan Khas Sulsel Ini

Workcation: Pilih 5 Camilan Khas Sulsel Ini

MAKASSAR, inspirasinusantara.id — Gaya bekerja sambil berlibur atau workcation semakin populer di kalangan profesional muda. Menariknya, camilan khas Sulawesi Selatan mulai dilirik sebagai pilihan ideal bagi mereka yang ingin tetap produktif tanpa mengorbankan kenikmatan kuliner lokal.

Beberapa jenis makanan ringan tradisional kini tak hanya hadir dalam acara keluarga atau momen hajatan, tetapi juga mengisi meja-meja kerja para pelaku remote working di kafe, co-working space, hingga penginapan. Tekstur lembut, rasa autentik, dan kepraktisan penyajian menjadikan camilan khas Sulsel sebagai sahabat setia dalam menghadapi hari-hari sibuk yang fleksibel.

Dari yang manis hingga gurih, berikut lima camilan khas Sulawesi Selatan yang cocok untuk menemani waktu bekerja sambil bersantai di berbagai destinasi kerja-berlibur.

1. Barongko: Cenilan Workcation yang Punya Cita Rasa Lembut, Energi Tetap Terjaga

Barongko adalah olahan pisang yang dicampur santan, telur, dan gula, kemudian dibungkus daun pisang dan dikukus hingga matang. Teksturnya lembut menyerupai puding, sementara rasanya manis gurih dan kaya aroma tradisional.

Makanan khas Bugis-Makassar ini tidak hanya lezat, tetapi juga memberi asupan energi yang cukup untuk berpikir jernih dan tetap fokus saat bekerja. Disajikan dingin atau hangat, barongko mudah disantap tanpa alat makan tambahan—praktis untuk pekerja yang tak ingin banyak distraksi saat menyelesaikan tugas.

2. Jalangkote: Teman Seru Saat Ide Mengalir

Jalangkote sekilas mirip pastel, namun kulitnya lebih tipis dan renyah. Isian dalamnya biasanya terdiri atas wortel, kentang, bihun, dan telur rebus, dibumbui dengan cita rasa khas yang ringan namun menggoda. Disajikan bersama cuka pedas-manis, jalangkote cocok dijadikan camilan saat mengerjakan dokumen panjang atau menyusun strategi bisnis.

Bentuknya yang mungil dan bisa digenggam memudahkan siapa pun menyantapnya di sela waktu kerja. Tak heran jika jalangkote kini sering disediakan sebagai snack harian di ruang-ruang kerja kreatif dan coworking space di Makassar.

3. Baje: Legit dan Tahan Lama, Cocok untuk Perjalanan Kerja

Baje atau bajabu adalah camilan khas Bugis yang terbuat dari ketan, parutan kelapa, dan gula merah. Dibungkus daun lontar atau daun pisang, camilan ini memiliki rasa manis pekat dan tekstur yang padat.

Karena sifatnya tahan lama tanpa perlu lemari pendingin, baje sangat cocok dibawa saat melakukan perjalanan kerja ke luar kota atau saat berada di lokasi yang jauh dari akses makanan modern. Rasanya yang manis mampu memberikan semangat baru, terutama saat menghadapi deadline atau brainstorming panjang.

4. Onde-onde Bugis: Kecil, Kenyal, dan Mengenyangkan

Berbeda dengan onde-onde Jawa yang dibaluri wijen, onde-onde Bugis bertekstur kenyal seperti mochi, berisi parutan kelapa manis, dan dibungkus daun pisang. Camilan ini biasanya hadir dalam ukuran mungil sehingga praktis dimakan sekali gigit.

Dikukus hingga empuk, onde-onde Bugis kerap menjadi pilihan untuk kudapan ringan di sela kerja pagi. Rasanya yang lembut di mulut juga sering membuat para pekerja merasa lebih rileks saat mulai merasa jenuh.

5. Roko’-roko’: Gurih Renyah ala Desa yang Bikin Nagih

Roko’-roko’ adalah camilan gurih berbentuk segitiga yang terbuat dari campuran kelapa parut, tepung ketan, dan sedikit garam. Adonan tersebut dibungkus daun pisang dan dibakar di atas bara hingga mengeluarkan aroma khas.

Rasa gurih dan renyah dari roko’-roko’ menjadikannya camilan favorit di waktu sore. Karena bisa disimpan cukup lama dalam suhu ruang, makanan ini juga sering disediakan di kafe atau warung kerja santai yang ingin menonjolkan unsur lokal.

Tren Lokal yang Mendunia

Pengamat gaya hidup dari Universitas Hasanuddin, Nur Afifah, menyebutkan bahwa tren kembali ke makanan lokal di tengah arus modernisasi adalah bentuk apresiasi terhadap kearifan kuliner yang selama ini terpinggirkan.

“Camilan lokal seperti ini sebenarnya punya potensi besar untuk jadi bagian dari gaya hidup sehat dan produktif. Di tengah gempuran makanan instan, keberadaan makanan tradisional bisa menjadi alternatif yang tidak hanya sehat, tapi juga kaya nilai budaya,” ungkapnya. (*/IN)