back to top
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

InspirasiNusantara.id “MENGEDUKASI, MENGINSPIRASI, MENGGERAKKAN”
30.9 C
Jakarta
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

Jadilah Member Kami

Dapatkan konten Eksklusif yang menarik

― Advertisement ―

spot_img

Tak Perlu ke Eropa, 5 Tempat Wisata Dongeng Ini Ada di Sulsel 

inspirasinusantara.id – Kabut menggantung di atas bukit, bangunan bergaya kastel berdiri megah, dan taman tersembunyi yang terlihat seperti diambil dari halaman dongeng. Sulawesi Selatan...
BerandaBudayaBerbagai Budaya Bugis Menyambut Ramadan sebagai Rasa Syukur dan Bentuk Kebahagian

Berbagai Budaya Bugis Menyambut Ramadan sebagai Rasa Syukur dan Bentuk Kebahagian

IN, MAKASSAR — Bulan suci Ramadan disambut umat Muslim dengan rasa syukur, bahagia, dan gembira. Berbagai kebiasaan pun dilakukan dalam menyambutnya.

Salah satunya bagi suku Bugis. Berbagai aktivitas dari buah pikiran yang sebagai simbol akal budi dilakukan.

Salah satunya di wilayah Kabupaten Soppeng. Salah seorang tokoh masyarakat, Kaderi membeberkan hal-hal yang jadi Budaya suku Bugis di wilayahnya, yaitu:

1. Ma’tunu Pelleng

Aktivitas ini adalah menyalakan lilin di kolong rumah. Namun, lilin yang dinyalakan bukan sembarangan karena harus terbuat dari kemiri dan kapas.

Cara membutnya, kemiri diulek hingga halus. Saat diulek kemiri dicampur dengan kapas.

Setelah halus, adonan tersebut ditempelkan ke anyaman bambu yang telah dipotong. Panjang potingan bambu sekitar sejengkal orang dewasa.

“Setelah jadi, lilin tersebut di tanam di dekat tangga. Kedua tangga rumah, karena rata-rata rumah panggung Bugis itu memiliki dua tangga,” ujarnya.

“Lilin itu dibakar sebelum azan Magrib,” tambahnya.

2. Ma’baca Doang

Bulan suci Ramadan merupakan bulan yang mulia dan penuh berkah. Pada bulan ini, pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup.

Pada bulan Ramadan ini juga terdapat satu malam yang sangat istimewa yakni malam lailatul qodar yang lebih baik daripada seribu bulan.

Berangkat dari hal itu, orang-orang Bugis Ma’baca Doang. Tradisi masyarakat Bugis yang dilakukan di beberapa acara sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat Allah yang mereka dapatkan.

Tradisi ma’baca baca dilakukan dalam bentuk pembacaan doa secara kolektif yang dibacakan oleh tokoh agama atau orang yang dituakan.

“Membaca doa dihadapan hidangan. Ada yang malam, ada juga sebelum sahur pertama,” beber Kaderi.

3. Ma’baca Doang Nabi

Ma’baca Doang Nabi adalah membaca doa di hadapan hidangan nasi dan telur yang telah masak bersama dalam satu panci. Aktivitas ini biasa dilakukan di bagian pusat tengah rumah atau orang Bugis sebut, Possi Bola.

“Ini dilakukan sebagai bentuk ucapan doa dan terima kasih kepada Nabi Muahammad SAW. Mendoakan nabi bisa mendapatkan tempat seperti yang dijanjikan Allah. Juga mengucap syukur ke Nabi sudah memberi jalan terang bagi umat manusia sehingga bisa mendapatkan rejeki dan hidup dengan damai,” tuturnya. (*/IN)