INSPIRASI NUSANTARA–Dalam beberapa tahun terakhir, prinsip “You Only Live Once” (YOLO) telah menjadi gaya hidup populer, terutama di kalangan generasi muda. Filosofi ini mendorong gaya hidup konsumtif dan impulsif untuk menikmati hidup tanpa batas.
Namun, tren ini mulai memudar seiring dengan munculnya tren “You Only Need One” (YONO). Tren YONO justru mengedepankan kesederhanaan, efisiensi, dan keberlanjutan.
BACA JUGA: Cerdas Kelola Uang dengan Gaya Hidup Minimalis Ala Gen Z
Dari YOLO ke YONO: Pergeseran Nilai Sosial
Gaya hidup YOLO identik dengan konsumsi berlebihan. Tren ini kini mulai ditinggalkan.
Sebuah survei yang dilakukan oleh GoodStats pada November 2024 menunjukkan bahwa 56,9% responden tertarik menerapkan gaya hidup minimalis, dengan motivasi utama untuk menghemat uang.
BACA JUGA: Gaya Hidup Minimalis ala Gen Z Sulsel, Sederhana Tapi Bikin Bahagia
Selain itu, 24,5% responden menerapkan gaya hidup ini untuk menciptakan kehidupan yang lebih bermakna, dan 11,1% responden menjadikannya sebagai cara untuk mengurangi stres dan kecemasan.
Sebaliknya, YONO membawa filosofi baru. Dengan membeli hanya barang yang benar-benar diperlukan, masyarakat tidak hanya mengurangi pengeluaran, tetapi juga menciptakan gaya hidup yang lebih bermakna.
Pengaruh Ekonomi pada Pergeseran Gaya Hidup
Ketidakstabilan ekonomi global menjadi faktor utama dalam perubahan ini. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada tahun 2023, rata-rata pengeluaran per kapita untuk barang tahan lama mencapai Rp64.733, dengan variasi berdasarkan kelompok komoditas dan daerah tempat tinggal. Angka ini mencerminkan besarnya pengeluaran masyarakat untuk barang-barang yang tidak esensial.
Dengan tekanan finansial yang semakin besar, banyak orang mulai mengurangi konsumsi barang yang tidak esensial. Laporan dari Liputan6 pada November 2024 menyebutkan bahwa gaya hidup minimalis menjadi pilihan untuk mengurangi beban finansial dan meningkatkan kesejahteraan mental.
Dampak Positif YONO
Penerapan gaya hidup YONO memiliki berbagai dampak positif. Jika prinsip YONO terus berkembang, berbagai dampak positif dapat dirasakan, baik pada tingkat individu maupun masyarakat luas.
Dengan mengurangi konsumsi impulsif, individu dapat mengelola keuangan mereka dengan lebih baik.
Tekanan untuk terus mengikuti tren pun dapat diminimalkan. Hal ini dapat menciptakan masyarakat yang dapat hidup lebih damai dan fokus pada hal yang penting.
Di samping itu, dengan mengurangi konsumsi barang-barang yang tidak diperlukan, masyarakat dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Penurunan konsumsi barang akan berdampak pada berkurangnya produksi dan limbah, sehingga membantu mengurangi kerusakan lingkungan.
Gaya hidup minimalis membantu mengurangi stres dan meningkatkan kualitas hidup. Gaya hidup minimalis dapat mengurangi beban finansial, meningkatkan kesejahteraan mental, dan memberi ruang untuk hal-hal yang lebih bermakna. (*/IN)



                                    