INSPIRASI NUSANTARA — Sulsel tak sekadar dikenal lewat kulinernya yang menggoda, tetapi juga karena wisata Sulsel dari lautnya yang menyimpan cerita, ketenangan, dan keindahan yang belum banyak tersentuh.
Di balik geliat modernisasi yang menjangkau pesisir, masih ada surga-surga bahari sebagai wisata Sulsel yang tetap perawan, lima di antaranya menyimpan keindahan nyaris mistis. Jauh dari keramaian, jauh dari limbah, dan masih bersih dalam pelukan alam kelima wisata Sulsel ini. Inilah kisah tentang lima titik biru yang memelihara kesunyian dan estetika dalam harmoni.
1. Wisata Sulsel Taka Bonerate: Nyanyian Karang di Ujung Selatan
Di Kepulauan Selayar, ada bentang laut yang tak bisa disangkal keajaibannya. Namanya Taman Nasional Taka Bonerate. Di sinilah atol terbesar ketiga di dunia berada, membentang seluas 220 ribu hektare. Lautan dangkal yang dikelilingi karang menciptakan mozaik warna—biru laut, hijau toska, putih pasir, dan merah jingga dari karang-karang hidup.
Pulau Tinabo, salah satu permata di kawasan ini, menghadirkan pasir seputih tepung dan air sejernih cermin. Di dermaganya, anak-anak hiu blacktip berenang perlahan, jinak, seolah menjadi penjaga damai di bawah permukaan. Tak jauh dari situ, Jinato Wall Paradise menjadi surga bagi penyelam: tutupan karang yang masih 83% hidup memeluk ikan-ikan warna-warni dalam tarian bawah laut yang sunyi namun menggugah jiwa.
2. Wisata Sulsel Tanjung Pallette: Laut yang Bernyanyi di Bone
Di utara Kabupaten Bone, Tanjung Pallette seperti tempat yang terlepas dari peta pariwisata. Lautnya tenang, bening, menyentuh daratan berpasir putih tanpa suara. Di tepi tanjung, ombak berdesir pelan pada karang-karang tua yang seolah menyimpan doa para pelaut masa lampau.
BACA JUGA: 5 Destinasi Wisata Alam Sulsel Untuk Saksikan Hujan Meteor
Tempat ini bukanlah destinasi gemerlap. Ia sederhana, tenang, dan justru karena itulah ia begitu memikat. Di pagi hari, burung-burung laut bersahut di antara desir angin. Di sore hari, matahari turun pelan ke laut, mengoles langit dengan semburat keemasan yang membuat siapa pun betah duduk diam, hanya memandangi waktu yang perlahan berhenti.
3. Wisata Sulsel Pantai Apparalang: Puisi dari Tebing Karang
Jika ingin mendengar puisi yang ditulis alam, datanglah ke Apparalang di Bulukumba. Pantai ini tidak menawarkan pasir, tetapi menyuguhkan tebing karang kokoh yang seakan menyapa langit. Dari atas tebing, laut biru membentang seperti kanvas yang dilukis Tuhan dengan kuas angin dan ombak.
Air di bawah sana begitu jernih, hingga dasar laut pun tampak seperti lukisan abstrak yang hidup. Saat matahari condong ke barat, bayangan tebing jatuh ke permukaan laut, menciptakan siluet dramatis yang hanya bisa dimengerti oleh mata yang melankolis. Apparalang bukan sekadar pantai, tapi tempat untuk merenung, mengagumi, dan mengagungkan ketenangan.
4. Wisata Sulsel Pulau Lantigiang: Sepi yang Tak Menyesakkan
Di antara gugusan Taka Bonerate, Pulau Lantigiang adalah diam yang menawan. Tak ada rumah, tak ada listrik, hanya pasir putih membentang dan semak liar yang melindungi burung-burung kecil yang bersarang. Ia seperti gadis pemalu di pesta, hadir tanpa suara, namun meninggalkan kesan mendalam.
Lantigiang adalah tempat di mana langit dan laut menyatu dalam ketenangan. Di malam hari, suara ombak dan gemuruh bintang menjadi lagu pengantar tidur. Di siang hari, sinar matahari menari di permukaan air yang nyaris transparan, dan snorkeling di perairannya seperti menjelajah dunia mimpi: terumbu karang, ikan, dan sunyi yang sempurna.
5. Wisata Sulsel Pulau Khayangan: Harmoni di Tengah Kota
Berbeda dari empat lainnya, Pulau Khayangan justru berada di dekat Makassar—hanya lima menit menyeberang dari Pantai Losari. Namun, keindahannya tidak kalah. Pulau ini seperti taman kecil di tengah kesibukan kota. Pasir putihnya bersih, airnya bening, dan deretan gazebo di tepi pantai menjadi tempat ideal menikmati matahari sore.
Meski lebih ramai dibanding empat surga sebelumnya, Pulau Khayangan tetap mampu menawarkan keheningan dalam ritme yang perlahan. Ia seperti ruang meditasi yang diselipkan oleh alam tepat di tengah denyut urban.
Lima tempat ini bukan hanya destinasi, melainkan juga pesan: bahwa laut bukan sekadar objek wisata, tetapi bagian dari ekosistem yang rapuh. Kebersihannya hari ini adalah hasil kerja keras masyarakat, aktivis lingkungan, dan alam itu sendiri. Jika kita ingin menyentuh laut, mari sentuh dengan kesadaran.
Sulsel, dalam desiran lautnya, mengajarkan kita bahwa keindahan tidak harus riuh, tidak harus mewah. Terkadang, ia cukup datang dalam bentuk pasir putih, ombak kecil, dan keheningan yang menyapa kalbu.
Dan barangkali, itulah makna sebenarnya dari kata “surga.” Bukan tempat yang jauh, tetapi yang masih perawan, dan masih bisa kita jaga bersama. (*/IN)