inspirasinusantara.id — Kota-kota kini berada di garis depan krisis iklim. Bukan sekadar prediksi ilmiah, dampaknya telah terasa di jalan-jalan, selokan, dan bahkan udara yang kita hirup setiap hari. Suhu meningkat, banjir kian sering, dan musim tak lagi bisa ditebak.
Penelitian terbaru dari Li, Stringer, dan Dallimer (2022) menunjukkan bahwa kawasan perkotaan semakin rentan akibat kombinasi urbanisasi cepat dan perubahan iklim global. “Efek pulau panas urban memperburuk kondisi termal yang sudah ekstrem,” ujar Li dalam publikasi jurnal Climate.
BACA JUGA: Kisah Dg Sese dan Krisis Iklim di Kota Makassar
Di sisi lain, laporan The Guardian (2025) mengungkap bahwa kenaikan muka laut bisa memicu migrasi massal dari wilayah pesisir, membebani kota-kota besar dengan risiko sosial dan ekonomi yang kompleks.
Kenali 10 Tanda Perubahan Iklim di Kota
Jika Anda tinggal di kota besar, berikut ini adalah indikator perubahan iklim yang mungkin sudah terjadi di sekitar Anda:
1. Suhu Kota Semakin Panas
– Terasa gerah bahkan di malam hari karena efek urban heat island.
2. Cuaca Tak Menentu
– Musim hujan/kering datang tidak sesuai jadwal.
3. Banjir Cepat dan Rob
– Curah hujan ekstrem dan rob di pesisir lebih sering terjadi.
4. Gelombang Panas (Heatwave)
– Hari-hari dengan suhu ekstrem meningkat, berdampak pada kesehatan.
5. Kualitas Udara Menurun
– Polusi meningkat saat suhu tinggi.
6. Kekurangan Air Bersih
– Krisis air saat kemarau dan pencemaran sumber air.
7. Perpindahan Warga
– Penduduk di daerah rawan bencana terpaksa pindah.
8. Kerusakan Infrastruktur
– Jalan rusak, listrik padam akibat cuaca ekstrem.
9. Wabah Penyakit Tropis
– Demam berdarah dan infeksi meningkat seiring kelembaban dan panas.
10. Produktivitas Ekonomi Turun
– Sektor informal dan UMKM paling terdampak.
Adaptasi
Kota-kota dunia sudah mulai beradaptasi. Tiongkok membangun konsep sponge city, kota yang menyerap air hujan melalui taman dan lahan hijau. Sementara Paris mengubah halaman sekolah menjadi ruang hijau multifungsi untuk menghadapi gelombang panas.
Namun, studi dari Li et al. (2023) mengungkap bahwa kesenjangan adaptasi di negara berkembang masih besar. Banyak kota belum memiliki infrastruktur tangguh untuk menghadapi dampak iklim yang semakin intens.
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Sebagai warga kota, kita bisa mulai dari hal kecil:
- Menanam pohon di lingkungan sekitar
- Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor
- Mendukung kebijakan ramah lingkungan di tingkat lokal
- Mengedukasi diri dan orang lain tentang perubahan iklim. (*)