IN, TORAJA—Kalangan Pemuda Toraja yang terlibat sebagai pelaku seni dan pariwisata, mengaku sangat menyayangkan sikap dari Bupati Toraja Utara, Yohanis Bassang.
Pasalnya, tindakan Yohanis memaki-maki dihadapan pelajar yang notabene terlibat pada kepanitiaan event Toraja Highland Festival (THF) ketiga (2023). Event tersebut akan dilaksanakan mulai 26 sampai 28 Oktober 2023 mendatang.
Event dilakukan tiga kali berturut-turut itu didukung penuh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan Pemerintah Kabupaten Toraja Utara.
Diprakarsai oleh Masyarakat Sadar Wisata (Masata) DPC Toraja Utara yang bekerjasama dengan komunitas Toraja Cycling Community (TCC), Sirampuan Massura (seniman lukis) dan pengurus Dodo Pandin (pasangan putra-putri terbaik Toraja).
Salah satu panitia THF 2023, Vita mencurahkan kekecewaanya ke Media Sosial (Medsos) melalui Instagram Story.
Vita menyayangkan sifat seorang pemimpin daerah yang telah membentaknya bersama rekan panitia lainnya di hadapan para siswa-siswi, saat menghadap di sebuah ruang kelas SMAN 1 Toraja Utara.
“Kami sangat kecewa dengan tindakan beliau, memaki-maki dihadapan pelajar yang notabene adalah generasi bangsa dan menurut saya itu salah satu tindakan bobrok seorang pemimpin,” ungkapnya, Rabu (18/10/2023).
Awal mula mendapat perlakuan tidak baik dari orang nomor satu di Toraja Utara itu, saat mereka menghadap bermaksud membicarakan persiapan dan memperlihatkan denah panggung lokasi pelaksanaan THF 2023.
Namun, setelah menunggu apel pagi usai, Bupati Ombas masih sibuk berurusan dengan bawahannya dan buru-buru pergi untuk menghadiri acara di SMAN 1 Toraja Utara.
Kemudian, panitia memilih ke sekolah dan menunggu acara selesai, pada akhirnya dipanggil Bupati Ombas ke ruangan kelas.
“Kami langsung dimaki-maki tanpa beliau mendengar sedikitpun penjelasan dari kami,” ujar Vita.
Sifat seorang kepala daerah tersebut sangat disayangkan anak muda Toraja yang tulus antusias terlibat menyalurkan ide-ide kreatif dalam pembangunan pariwisata dan budaya Toraja.
Informasi dihimpun, lokasi event menjadi permasalahan yang mana panitia THF 2023 merasa dipimpong kemudian diabaikan Bupati Ombas.
Dimana awalnya lokasi event dipilih di Lapangan Bakti Rantepao kemudian tidak diberi izin. Sebab dilakukan pembuatan panggung lomba Paduan Suara yang akan digelar bulan Desember nanti jelang perayaan natal.
Kemudian panitia memilih lokasi strategis dengan panggung utama dibawah tugu pahlawan Pongtiku di Alun-alun Rantepao, namun tetap saja tidak diberi izin dengan alasan diadakan senam pagi pegawai setiap hari Jumat.
“Kami menawarkan senam pegawai bagian event THF karena senam bersama juga masuk rundown tapi kami malah mendapat perlakuan tidak baik, miris sekali,” kata Vita.
Dari kejadian itu, panitia THF 2023 merasa tidak adil atas perlakuan Bupati Ombas. Sebb diperlakukan berbeda dengan event yang sudah terselenggara seperti Festival Budaya dan Toraja International Festival ke 10 pada tahun 2023 yang dilaksanakan di Alun-alun Rantepao.
“Padahal THF sudah tiga kali digelar, juga didukung pemerintah daerah dan menguntungkan pemasukan daerah tapi kenapa tidak diberi lokasi dengan alasan tidak masuk akal,” tutup Vita.
Diketahui Alun-alun Rantepao dibangun menggunakan APBD tahun 2022 sebesar Rp. 6,5 Miliar, lokasi eks bangunan pertokoan lama Rantepao dan beberapa bangunan dibongkar seperti kantor Kecamatan Rantepao, kantor Kelurahan Penanian, 110 lapak pedagang Pasar Sore, bangunan sekretariat sejumlah organiasi.
Kepala Dinas Perumahan Kawasan Permukiman, Lingkungan Hidup dan Pertanahan Toraja Utara, Robianta Popang pernah menyebut desain Alun-alun Rantepao dibuat berkonsep ruang terbuka hijau yang difungsikan tempat bermain anak, tempat istirahat dan area parkir sebagai pusat keramaian.
Namun, lokasi tersebut belum bisa dikatakan ruang hijau yang asri karena kurangnya pepohonan besar.
Model desain taman Alun-alun Rantepao juga pernah disorot Ketua DPRD Toraja Utara, Nober Rante Siama karena dianggap tidak memiliki nilai seni, mirip kuburan San Diego Hills di Karawang, Jawa Barat saat meninjau perkembangan konstruksi Alun-alun Rantepao yang berada di Kelurahan Penanian itu. (fai/IN)