IN, MAKASSAR – Pengamat Ekonomi Unhas Prof Marzuki Dea blak-blakan menyampaikan kondisi ekonomi Sulsel bakal anjlok memasuki tahun politik yang akan berlangsung 2024 mendatang. Menurutnua, faktor utama yang memberikan andil besar atas terkereknya ekonomi yakni tatanan sosial.
Faktor sosial lanjut Prof Marzuki, biasanya memunculkan banyak riak-riak yang berakibat memanasnya suasana masyarakat menyongsong perseteruan politik yang sulit diketahui arahnya.
“Bakal anjlok. Apalagi konstestasi perebutan kekuasaan dari 3 kubu (Capres dan Cawapres) yang cukup ketat dan bahkan berbeda aliran ini membuat suasana politik seakan ada api dalam sekam,” ucapnya saat dikonfirmasi, Minggu (22/10).
Hal itulah lanjut Prof. Marzuki yang akan mempengaruhi sikap dan perilaku ekonomi secara umum, baik dari sisi konsumen, dunia usaha dalam arti luas disektor real dan keuangan, termasuk pemerintah, dan mitra luar negeri.
“Sehingga rata-rata para pelaku ekonomi tersebut mengambil sikap wait and see, cendrung hati-hati dan waspada,” terangnya.
Terpisah, Pengamat Ekonomi Unismuh, Muttalib juga membeberkan analisa ekonominya di tahun politik nanati. Katanya, ekonomi Indonesia khususnya Sulsel memang akan berpengaruh di tahun politik.
Namun, ada beberapa hal yang perlu dilakukan agar konstalasi politik nantinya bisa menetralkan ekonomi di Sulsel. Misalnya, kebijakan makroekonomi yang konsisten, stabilitas makroekonomi adalah kunci untuk menjaga ketahanan ekonomi selama tahun politik.
“Pemerintah harus menjaga konsistensi dalam kebijakan fiskal dan moneter, termasuk menjaga disiplin fiskal, mengendalikan inflasi, dan menjaga nilai tukar yang stabil. Kebijakan prudensial yang sudah ada perlu diterapkan secara konsisten,” jelasnya.
Kondisi ekonomi global juga berdampak signifikan pada Indonesia. Perubahan dalam pasar global, seperti fluktuasi harga komoditas atau perubahan kebijakan perdagangan internasional, bisa mempengaruhi perekonomian Indonesia.
“Makanya, pemerintah perlu memantau perkembangan pasar global dan memiliki strategi untuk menghadapi potensi ketidakpastian,” tuturnya.
Untuk investasi dan konsumsi domestik, pemerintah juga perlu mendorong investasi dan konsumsi domestik. Ini bisa dilakukan melalui insentif untuk investasi, dukungan pada sektor-sektor ekonomi yang potensial, dan pengurangan hambatan birokratis. Konsumsi domestik yang kuat juga dapat membantu menjaga pertumbuhan ekonomi.
Selanjutnya, transparansi dalam pengelolaan kebijakan ekonomi sangat penting. Pemerintah perlu memberikan informasi yang jelas kepada masyarakat dan pelaku bisnis untuk menghindari spekulasi. Selain itu, akuntabilitas dalam penggunaan dana publik dan pengendalian korupsi juga harus dijaga.
Pemberdayaan sektor pertanian dan manufaktur juga dapat membantu mengurangi ketergantungan pada sektor ekspor komoditas. Diversifikasi ekonomi akan membuat Indonesia lebih tangguh terhadap fluktuasi pasar global.
“Tahun politik sering kali membawa ketidakpastian sosial dan politik. Stabilitas dalam hal ini sangat penting untuk menjaga iklim investasi yang kondusif. Pemerintah harus bekerja sama dengan berbagai pihak untuk menjaga perdamaian dan stabilitas,” pungkasnya.