back to top
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

InspirasiNusantara.id “MENGEDUKASI, MENGINSPIRASI, MENGGERAKKAN”
30.9 C
Jakarta
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

Jadilah Member Kami

Dapatkan konten Eksklusif yang menarik

― Advertisement ―

spot_img

Unismuh Makassar Buka Jalur Fast Track: Kuliah 5 Tahun Boyong Ijazah Sarjana dan Magister

IN, MAKASSAR - Setelah meraih akreditasi institusi Unggul dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT), Universitas Muhammadiyah Makassar terus mengembangkan inovasi dan terobosan. Salah...
BerandaEkonomiPresiden Jokowi Tetapkan Tak Ada Kenaikan Tarif Listrik dan BBM hingga Juni...

Presiden Jokowi Tetapkan Tak Ada Kenaikan Tarif Listrik dan BBM hingga Juni 2024

IN, MAKASSAR – Sidang kabinet yang dipimpin oleh Presiden Jokowi memutuskan bahwa tarif listrik dan BBM tidak naik sampai Juni 2024. Hal tersebut diterangkan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto usai menghadiri siudang tersebut, Senin (26/02/2024).

“Tadi diputuskan dalam sidang kabinet paripurna tidak ada kenaikan listrik, tidak ada kenaikan BBM sampai Juni (2024) baik itu yang subsidi maupun non subsidi,” kata Airlangga kepada wartawan.

Airlangga menyampaikan jika kenaikan tarif dilakukan maka akan membutuhkan tamhana anggaran untuk PT PLN (Persero) dan PT Pertamina (Persero) sehingga tambahan anggaran tersebut akan dipenuhi dari Sisa Anggaran Lebih (SAL) dan pelebaran defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024.

“Itu akan membutuhkan additional anggaran untuk Pertamina maupun PLN dan itu nanti akan diambil baik dari sisa SAL maupun pelebaran defisit anggaran di 2024,” ucapnya.

Defisit APBN 2024 ini diprediksi akan naik hingga 2,8% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), dari penetapan awal 2,29%. Pelebaran defisit diperkirakan akan terus berlanjut hingga 2025. “Jadi itu 2,3-2,8%. Tahun depan pun dalam kerangka yang sama 2,4-2,8%, jadi realistis,” ucapnya.

Nah, penyebab lain dari pelebaran defisit ini juga diakibatkan karena adanya tambahan berbagai bantuan dari pemerintah berupa tambahan bantuan subsidi pupuk sebesar Rp 14 triliun, hingga bantuan langsung tunai (BLT) untuk mitigasi harga sembako dengan anggaran Rp 11 triliun.

“Kenapa subsidi pupuk ditambah? Karena kita butuh pupuk sesuai jumlah setiap tahunan. Biasanya kan sekitar 8-7 juta ton, dengan pupuk yang ada sekarang Rp 26 triliun itu hanya 5,7 juta ton, jadi jelas tidak cukup dan itu tercermin dari produksi padi bukan hanya karena pupuk tapi karena El Nino itu turunnya banyak. Kemudian BLT naik untuk perubahan fluktuasi mitigasi harga sembako itu saja nilainya sudah Rp 11 triliun,” bebernya.