inspirasinusantara.id – Emoji, simbol kecil dalam percakapan digital, ternyata bisa memicu kesalahpahaman antar generasi.
Penelitian dari Oklahoma State University mengungkap bahwa penggunaan emoji tak hanya mencerminkan kepribadian, tetapi juga strategi dalam membentuk kesan sosial. Salah satu yang paling sering memunculkan perbedaan makna adalah emoji senyum.
Bagi sebagian besar orang berusia di atas 30 tahun, emoji senyum dianggap sebagai penanda keramahan atau sekadar memperhalus pesan.
“Saya pakai supaya pesan terasa ringan,” ujar Sara Anderson (31) seperti dikutip dari Wall Street Journal.
Baca juga : 6 Tempat Wisata Menyaksikan Sunset di Sulawesi Selatan
Namun tidak demikian bagi banyak generasi Z. Di mata mereka, emoji senyum justru bisa bermakna sebaliknya.
Dilansir dari CNBC, Hafeezat Bishi (21), seorang pengguna media sosial aktif, mengaku menggunakan emoji tersebut untuk menyampaikan sarkasme. “Saya pakai itu (emoji senyum) untuk sarkasme,” katanya.
Fenomena ini diamini oleh Erica Dhawan, penulis buku Digital Body Language. Menurutnya, Gen Z memiliki “kamus emoji” tersendiri yang berbeda dari generasi sebelumnya. “Orang berusia di atas 30 tahun cenderung menggunakan emoji sesuai arti di ‘kamus’. Tapi Gen Z memberi arti baru pada banyak emoji,” jelas Dhawan.
Bahkan, beberapa emoji yang tampak tak berbahaya bisa memiliki konotasi tersembunyi di kalangan Gen Z. Dalam unggahan Instagram-nya, Dhawan menyebut emoji seperti kuda , salju , dan bola biliar kerap digunakan sebagai kode dalam pembicaraan tentang narkoba.
Amit Kalley, pendiri platform For Working Parents, turut menyoroti sisi gelap penggunaan emoji. Menurutnya, emoji kini juga digunakan sebagai bentuk komunikasi terselubung, termasuk untuk menyampaikan ujaran kebencian.
Perbedaan makna emoji ini menjadi pengingat bahwa komunikasi digital tidak selalu universal. Ketika emoji digunakan lintas generasi—terutama di lingkungan profesional atau antar rekan kerja—pemahaman konteks menjadi krusial agar pesan tidak disalahartikan. (*/IN)