INSPIRASI NUSANTARA–Industri perfilman Sulawesi Selatan terus berkembang pesat dengan karya-karya lokal yang tidak hanya menarik, tetapi juga mampu menggugah kesadaran akan kekayaan budaya daerah. Festival film karya anak muda berhasil membawa kearifan lokal ke layar lebar, memperkenalkan keindahan alam serta sejarah Sulawesi Selatan, dan bahkan menembus panggung internasional.
Industri perfilman di Sulawesi Selatan (Sulsel) kini menunjukkan perkembangan yang sangat menggembirakan. Karya-karya lokal anak Sulsel semakin banyak menghiasi layar lebar, dengan tema yang mengangkat kearifan lokal serta kekayaan budaya setempat.
Salah satu film yang patut mendapatkan perhatian adalah Rantemario, sebuah karya sinematik yang tidak hanya menawarkan cerita menarik, tetapi juga memperkenalkan keindahan alam Sulawesi Selatan. Lokasi syuting film ini mencakup berbagai destinasi wisata, seperti Kota Makassar, Kabupaten Gowa, Maros, hingga Enrekang.
Mengangkat Keindahan Alam Sulawesi Selatan: Film Rantemario
Rantemario mengambil latar di puncak Gunung Rantemario, yang dikenal sebagai salah satu tujuh puncak tertinggi di Indonesia. Selain itu, lokasi syuting juga dilakukan di kawasan wisata Malino, Gowa, dan Rammang-rammang, Maros. Keindahan alam Sulawesi Selatan ini tidak hanya memperkaya cerita, tetapi juga menjadi daya tarik tersendiri bagi penonton.
Proses produksi film yang melibatkan banyak talenta lokal ini direncanakan untuk mengikuti festival film internasional di Eropa, termasuk di Inggris dan Jerman pada akhir tahun 2023. Langkah ini menjadi tonggak penting bagi perfilman lokal, dengan harapan memperkenalkan Sulawesi Selatan ke dunia internasional.
Prestasi Perfilman dari Kabupaten Kepulauan Selayar: Film Jalur Rempah
Tak hanya Makassar, prestasi perfilman juga datang dari Kabupaten Kepulauan Selayar. Karya lokal dari Selayar Movie Maker berhasil meraih peringkat kedua dalam Festival Film Pendek Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Provinsi Sulawesi Selatan.
Film berjudul Jalur Rempah mengangkat sejarah dan kebanggaan terhadap jalur rempah yang melewati Selayar, salah satu titik penting dalam pelayaran jalur rempah dunia. Film ini, yang melibatkan warga lokal sebagai pemeran, menggambarkan keindahan dan kekayaan budaya di Lingkungan Tabang, Desa Patikarya, serta Gantarang Lalangbata.
Keberhasilan ini menunjukkan bahwa potensi perfilman di Sulawesi Selatan sangat besar, dengan karya-karya yang tidak hanya menceritakan kisah lokal, tetapi juga membawa pesan yang bersifat global.
Film Lika Liku Laki: Karya Anak Sulsel Menembus Festival Film Nasional
Tak kalah menarik, film Lika Liku Laki, yang disutradarai oleh Khozy Rizal, seorang anak muda asal Kota Makassar, berhasil meraih penghargaan di ajang Festival Film Indonesia. Dibuat pada tahun 2020, film ini mengisahkan perjalanan seorang remaja bernama Akbar yang berusaha berbaur dengan teman-teman kampusnya dengan berpura-pura menyukai sepak bola.
Cerita yang ringan namun penuh makna ini memperlihatkan kedalaman karakter yang mampu menyentuh penonton.
Meningkatkan Popularitas Film Lokal di Dunia Internasional
Dengan semakin banyaknya karya film anak muda dari Sulawesi Selatan yang mengangkat tema-tema lokal dan budaya, industri perfilman di daerah ini memiliki potensi besar untuk berkembang. Karya-karya seperti Rantemario, Jalur Rempah, dan Lika Liku Laki membuktikan bahwa anak-anak muda Sulawesi Selatan mampu bersaing di dunia perfilman, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Mari kita dukung karya-karya anak daerah yang mengangkat kearifan lokal dan budaya Sulawesi Selatan, agar semakin dikenal dan diapresiasi di dunia perfilman global. (fit/in)