back to top
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

InspirasiNusantara.id “MENGEDUKASI, MENGINSPIRASI, MENGGERAKKAN”
25.1 C
Jakarta
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

Jadilah Member Kami

Dapatkan konten Eksklusif yang menarik

― Advertisement ―

spot_img

BAZNAS Enrekang Salurkan Rp15 Juta untuk Bedah Rumah Keluarga Almarhum Aldi

ENREKANG, inspirasinusantara.id — Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Enrekang menyalurkan bantuan program bedah rumah senilai Rp15 juta kepada keluarga almarhum Aldi Oktavian, pelajar Madrasah...
BerandaGaya HidupJejak Karbon Tersembunyi di Balik Gemericik Air Wastafel 

Jejak Karbon Tersembunyi di Balik Gemericik Air Wastafel 

inspirasinusantara.id — Keran dapur yang tak pernah sepi ternyata menjadi sumber utama jejak karbon di rumah. Di balik alirannya yang tenang, tersembunyi emisi tertinggi yang diam-diam meninggalkan jejak setiap harinya.

Di antara riuhnya mesin cuci yang berputar dan dengung oven yang menyala, ada satu suara yang kerap luput dari perhatian: gemericik air dari keran dapur yang tak henti mengalir. Di balik alirannya yang tenang, tersembunyi jejak karbon yang diam-diam tumbuh, mengendap dari hari ke hari.

Ya, bukan peralatan besar, melainkan keran yang terus menyala saat mencuci piring atau membersihkan bahan makanan itulah yang diam-diam menyumbang jejak karbon paling besar.

Data dari laporan BBC menunjukkan bahwa penggunaan wastafel dapur secara terus-menerus bisa melepaskan sekitar 157 kg karbon dioksida (CO₂) per tahun. Angka ini menunjukkan bahwa jejak karbon dari wastafel bahkan lebih tinggi dibandingkan mesin pencuci piring (142 kg CO₂), mesin cuci (118 kg CO₂), bahkan mandi di bathtub (103 kg CO₂).

Baca juga : Jejak karbon Diam-Diam Tumbuh dari Kebiasaan Pagi 

Meski data ini berasal dari tahun 2009, para ahli menyatakan bahwa pola konsumsi air di rumah tangga cenderung stabil. Oleh karena itu, angka ini tetap relevan sebagai indikator jejak karbon dari berbagai aktivitas harian hingga kini.

Fakta ini tentu mengejutkan, apalagi jika mengingat wastafel dapur kerap diabaikan dalam diskusi tentang efisiensi energi dan pengurangan jejak karbon rumah tangga. Padahal, tindakan sederhana seperti mematikan keran saat tidak digunakan atau memasang aerator bisa membawa dampak signifikan dalam menurunkan jejak karbon dari rumah kita.

Mengurangi Jejak Karbon dari Wastafel Dapur

Dilansir dari BBC, Salah satu penyebab utama tingginya emisi dari wastafel adalah kebiasaan membiarkan air mengalir tanpa henti saat mencuci piring atau membilas sayuran.

“Dibandingkan dengan peralatan dapur berukuran besar, wastafel dapur sebenarnya adalah sumber emisi karbon terkait air terbanyak di rumah ” dikutip dari BBC

Langkah-langkah efisien seperti menggunakan baskom saat mencuci, menampung air bilasan, atau menggunakan air dingin jika memungkinkan, bisa membantu menurunkan konsumsi energi.

Selain itu, memasang aerator di ujung keran akan memperkecil aliran air tanpa mengurangi efektivitas penggunaannya. Teknologi ini murah dan mudah dipasang, namun mampu menghemat air hingga 50%.

Aksi Kecil, Dampak Besar

Mengurangi emisi karbon tidak selalu harus dimulai dari hal besar. Justru dari wastafel dapur yang tampak sederhana, kita bisa memulai langkah konkret dalam menjaga bumi. Membangun kesadaran untuk menggunakan air secara bijak bukan hanya baik untuk tagihan rumah tangga, tetapi juga bagi masa depan lingkungan kita.

Dengan perubahan kecil yang konsisten, dapur rumah bisa menjadi ruang hijau yang mendukung kehidupan berkelanjutan. Jadi, lain kali saat Anda menyalakan keran, ingatlah: setiap tetes air punya jejak karbon—dan Andalah yang memutuskan seberapa besar jejak itu akan ditinggalkan. (*/IN)