inspirasinusantara.id – Bangun pagi, lalu mandi, terdengar seperti awal hari yang biasa dan menyegarkan. Tapi di balik kebiasaan rutin itu, tersembunyi jejak karbon yang tak banyak disadari.
Mandi selama 12 menit dengan air bersuhu normal ternyata dapat menghasilkan sekitar 1.000 gram karbon dioksida (CO₂), menyumbang jejak karbon yang tidak sedikit. Angka tersebut bahkan belum menghitung emisi dari produk-produk perawatan diri yang turut digunakan saat mandi.
Proses pemanasan air ternyata menyumbang jejak karbon yang cukup besar dalam aktivitas rumah tangga. Energi yang dibutuhkan untuk memanaskan air menjadi salah satu sumber utama emisi karbon domestik.
“Air panas adalah salah satu masalah terbesar yang menghabiskan banyak energi dalam rumah tangga,” ujar Elizabeth Shove, sosiolog dari Universitas Lancaster yang fokus meneliti konsumsi energi dalam keseharian.
Energi surya memang menjadi opsi yang ramah lingkungan, namun masih belum terjangkau secara luas karena biaya pemasangannya yang tinggi. Mayoritas rumah modern pun masih mengandalkan boiler gas atau listrik untuk memanaskan air—yang justru menjadi sumber utama emisi. Sekitar 46% dari emisi air rumah tangga berasal dari energi untuk memanaskan air jika menggunakan ketel gas.
Mandi Lebih Singkat, Aliran Lebih Hemat
Ternyata, jenis pancuran yang digunakan juga berpengaruh besar. Pancuran campuran, yang menyatukan air panas dan dingin sebelum keluar dari kepala pancuran, dapat menurunkan emisi hingga 100 kg CO₂ per tahun dibanding pancuran listrik.
Baca juga : Jejak Karbon di Meja Makan: Saatnya Berpihak pada Pangan Lokal
Sementara itu, penggunaan kepala pancuran dengan aliran rendah menjadi solusi praktis untuk menghemat air sekaligus energi.
“Pancuran air dengan aliran rendah bukanlah hal yang tidak masuk akal,” ujar Judith Thornton, manajer rendah karbon di Universitas Aberystwyth.
“Anda bisa mendapatkan kepala pancuran yang cukup menyebarkan air dengan cara yang lebih efisien. Jadi Anda merasa basah kuyup, tetapi Anda hanya menggunakan sekitar tujuh liter per menit, bukan 15 liter.”
Inovasi ini menunjukkan bahwa efisiensi tidak harus mengorbankan kenyamanan. Cukup dengan mengganti perangkat mandi, kita sudah bisa memangkas konsumsi air dan emisi secara signifikan.
Pagi Hari, Waktu Tepat Ubah Kebiasaan
Mandi adalah kebiasaan pagi yang menyegarkan, tapi juga menyimpan potensi besar dalam menyumbang jejak karbon. Dengan memilih alat yang tepat, memperpendek durasi mandi, dan mempertimbangkan sumber energi yang digunakan, kita bisa menjadikan pagi hari sebagai momen perubahan menuju gaya hidup rendah emisi.
Menjaga bumi tak selalu dimulai dari hal besar—kadang cukup dari kamar mandi di pagi hari. (*/IN)