back to top
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

InspirasiNusantara.id “MENGEDUKASI, MENGINSPIRASI, MENGGERAKKAN”
30 C
Jakarta
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

Jadilah Member Kami

Dapatkan konten Eksklusif yang menarik

― Advertisement ―

spot_img

Tempat Wisata Ladang Sulsel: Menyapa Alam, Menghargai Petani 

inspirasinusantara.id -- Liburan tak lagi sekadar soal destinasi populer atau bangunan megah, kini ladang-ladang pangan pun berubah menjadi tempat wisata yang memanjakan mata dan...
BerandaKulinerJejak Karbon di Meja Makan: Saatnya Berpihak pada Pangan Lokal

Jejak Karbon di Meja Makan: Saatnya Berpihak pada Pangan Lokal

inspirasinusantara.id – Apa yang kita santap ternyata tidak hanya berdampak pada tubuh, tapi juga pada bumi. Setiap makanan memiliki jejak karbon yang mencerminkan seberapa besar dampaknya terhadap lingkungan.

Daging sapi dan kambing menjadi penyumbang terbesar gas metan, salah satu gas rumah kaca paling berbahaya. Seluruh proses mulai dari peternakan, pemupukan pertanian, hingga pengemasan produk seperti daging beku dan makanan instan turut memperbesar jejak karbon yang membebani lingkungan.

Penelitian Eludoyin (2015) yang dilansir dari Jurnal ReserachGate, mengungkap bahwa makanan, terutama yang berasal dari peternakan dan proses pengolahan industri, berkontribusi besar terhadap emisi karbon—musuh utama perubahan iklim.

Baca juga : Cerita Ibu Herdianti dan Jejak Karbon di Piring Prasmanan Makassar

Distribusi makanan juga memperparah jejak karbon. Penggunaan kendaraan bermotor untuk mengangkut hasil panen dan mengakses restoran cepat saji di perkotaan membuat emisi karbon kian sulit ditekan, sementara gaya hidup konsumtif di kota seringkali lebih mengutamakan gengsi daripada keberlanjutan.

“Jejak karbon dari sistem makanan itu nyata. Dari bahan mentah hingga ke meja makan, semuanya punya kontribusi pada krisis iklim jika tidak dikelola dengan bijak,” ujar Eludoyin dalam laporannya.

Solusi? Mulai dari Piring Makan Kita Sendiri

Untuk mengurangi dampak lingkungan dari konsumsi makanan, Eludoyin merekomendasikan:

1. Mengurangi konsumsi daging merah,

2. Beralih ke pangan nabati dan lokal,

3. Mengurangi makanan olahan,

4. Menghindari pemborosan makanan.

Pilihan Makanan Sulawesi Selatan yang Ramah Lingkungan

Berkaca dari kearifan lokal, Sulawesi Selatan punya banyak menu berbasis nabati dan lokal yang bisa jadi alternatif lezat sekaligus berkelanjutan:

1. Barobbo – Bubur jagung khas Bugis-Makassar yang padat gizi dan berbahan dasar lokal seperti jagung, bayam, dan kacang-kacangan.

2. Pallumara Ikan Laut – Sup ikan dengan kuah asam pedas, menggunakan bahan segar dari laut, tanpa proses pengawetan berlebih.

3. Kapurung – Makanan khas Luwu berbahan dasar sagu dan sayuran yang diolah tanpa minyak berlebih.

Mengapa Ini Penting?

Memilih makanan lokal yang minim proses industri tidak hanya melestarikan kuliner daerah, tapi juga mengurangi emisi dari transportasi, pemrosesan, dan kemasan.

Mengubah pola makan bukan soal gaya hidup semata, tapi soal tanggung jawab kita terhadap masa depan bumi. Saatnya kita berpikir dua kali sebelum membuka bungkus mie instan atau memesan burger—karena mungkin, sepiring Barobbo jauh lebih menyelamatkan dunia. (*/IN)