back to top
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

InspirasiNusantara.id “MENGEDUKASI, MENGINSPIRASI, MENGGERAKKAN”
27.8 C
Jakarta
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

Jadilah Member Kami

Dapatkan konten Eksklusif yang menarik

― Advertisement ―

spot_img

Huadi Group Jadi Sorotan Australia, Siap Buka Akses Investasi Dua Arah

BANTAENG, inspirasinusantara.id  Konsul Jenderal Australia di Makassar, Todd Dias, bersama Bupati Bantaeng, M. Fathul Fauzy Nurdin (Uji Nurdin), menyatakan komitmennya untuk mempromosikan PT Huadi...
BerandaRagamKetika Nama Agus dan Gus Jadi Trending, Apa Salah Nama?

Ketika Nama Agus dan Gus Jadi Trending, Apa Salah Nama?

INSPIRASI NUSANTARA–Fenomena Nama “Agus” dan “Gus” Jadi Sorotan. Deddy Corbuzier dan Ustaz Felix Siauw Angkat Bicara.

Belakangan ini, nama-nama “Agus” dan “Gus” menjadi perhatian publik karena dikaitkan dengan berbagai kasus yang viral. Dari Gus Miftah yang dianggap menghina seorang pedagang es, Agus Buntung yang diduga melakukan tindakan kriminal, hingga Agus Salim yang menjadi korban penyiraman air keras.

Fenomena tersebut diulas dalam podcast Close The Door bersama Deddy Corbuzier dan Ustaz Felix Siauw. Dengan nada bercanda, Deddy mempertanyakan, “Kenapa belakangan ini yang namanya Agus atau Gus bermasalah semua?” ucapannya disambut tawa oleh Ustaz Felix.

Mengenai kasus Gus Miftah, Ustaz Felix memberikan pandangan mendalam. Ia menjelaskan bahwa Gus Miftah dikenal sering memborong dagangan para pedagang kecil ketika hadir di acara pengajian. Namun, peristiwa yang viral baru-baru ini melibatkan seorang pedagang es bernama Sunhaji, yang justru merasa direndahkan setelah Gus Miftah melontarkan candaan.

Kronologi kejadian itu diungkap oleh Ustaz Felix. Sunhaji, yang diminta oleh sejumlah ibu-ibu untuk maju agar dagangannya diborong, malah menjadi bahan candaan Gus Miftah.

“Biasanya kan, kalau ada Gus Miftah, para pedagang berharap dagangannya diborong. Tapi kali ini berbeda, candaan itu malah jadi viral,” ujar Ustaz Felix.

Namun, Felix menyoroti masalah yang lebih besar, yaitu mentalitas masyarakat yang terkadang menjadikan belas kasihan sebagai harapan. Ia juga menyindir budaya konten yang mengeksploitasi penderitaan sebagai komoditas untuk viralitas.

Gus Miftah sendiri mengakui bahwa niatnya hanya bercanda, tetapi peristiwa tersebut justru berbuntut panjang. Sebagai bentuk permintaan maaf, ia berjanji akan menggelar acara pengajian di rumah Sunhaji.

“Nanti kita bikin pengajian di sini, tuan rumahnya Pak Sunhaji,” ujar Gus Miftah.

Kasus ini menjadi refleksi bagi masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam bersikap, terutama di era digital yang membuat segalanya mudah viral. (fit/in)