Inspirasinusantara.id — Di tengah tekanan ekonomi, protes petani, dan tantangan geopolitik, Uni Eropa tetap melaju menuju ambisi iklimnya.
Pemangkasan emisi karbon kawasan ini kini hanya terpaut satu persen dari target besar yang dicanangkan untuk 2030.
Komisi Eropa dalam laporannya, menyebutkan bahwa emisi karbon di kawasan telah menurun 54 persen dibandingkan dengan level 1990. Target resmi UE adalah pemangkasan 55 persen.
Baca juga: Kesehatan Warga Tergerus Krisis Iklim Makassar
Capaian ini menandai kemajuan, meski masih ada pekerjaan rumah besar di sektor-sektor tertentu.
“Aksi iklim dan pertumbuhan ekonomi bisa berjalan bersama,” ujar Komisaris Iklim Wopke Hoekstra.
Baca juga: Kisah Dg Sese dan Krisis Iklim di Kota Makassar
“Sekarang kita harus membangun momentum ini.”
Pertumbuhan dan Pemangkasan: Dua Kutub yang Bertemu
Selama tiga dekade terakhir, ekonomi Uni Eropa tumbuh nyaris 70 persen, sementara emisinya turun drastis. Ini menjadi bukti bahwa transisi energi bersih tak selalu berarti melambatnya pertumbuhan. Namun, capaian ini bukannya tanpa riak.
Beberapa sektor, seperti energi, menunjukkan kemajuan pesat. Energi terbarukan kini menyumbang seperempat dari total konsumsi energi di Eropa.
Namun, sektor pertanian dan transportasi masih menjadi titik lemah yang terus dikeluhkan oleh banyak negara anggota.
Petani di berbagai negara bahkan menggelar aksi protes berbulan-bulan, menyasar kebijakan lingkungan UE yang dinilai membebani.
Brussels akhirnya merespons dengan melonggarkan beberapa aturan, terutama yang berkaitan dengan pemanfaatan lahan.
Perubahan Iklim: Benua yang Terpanas, Beban yang Terberat
Uni Eropa adalah wilayah yang mengalami pemanasan tercepat di dunia. Banjir besar, kebakaran hutan, dan gagal panen akibat cuaca ekstrem menjadi kenyataan yang berulang setiap tahun.
Bahkan cadangan karbon alami—seperti hutan dan padang rumput—diperkirakan tidak akan pulih hingga 2030.
“Kami akan dorong investasi pada teknologi bersih,” ujar Hoekstra, merespons tantangan industri yang kini juga tertekan akibat tingginya harga energi dan ketegangan perdagangan dengan Amerika Serikat.
Di balik angka-angka yang tampak optimistis, Uni Eropa tetap berdiri di persimpangan. Antara menjaga komitmen iklimnya, atau mendengarkan desakan dari sektor bisnis dan politik domestik yang mulai resah dengan biaya transisi hijau. (*/IN)