MAKASSAR, inspirasinusantara.id – Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, mendampingi Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI, Muhammad Jusuf Kalla (JK), dalam prosesi peletakan batu pertama pembangunan gedung baru RS Islam Faisal di Jalan AP Pettarani, Kecamatan Rappocini, Senin (22/9/2029).
Dalam kesempatan itu, Munafri menegaskan pentingnya transformasi rumah sakit untuk memberikan layanan kesehatan yang lebih modern dan profesional. Menurutnya, pembangunan ini menjadi harapan besar bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya di bidang kesehatan.
“Pembangunan RS Faisal ini bukan sekadar menambah bangunan fisik di Makassar, tetapi merupakan proses pembentukan dan penguatan kualitas layanan kesehatan yang ada di kota ini,” ujar Munafri.
Ia menambahkan, dengan fasilitas dan sarana prasarana yang dimiliki, RS Islam Faisal diharapkan mampu menjadi salah satu alternatif pusat rujukan kesehatan di Kawasan Indonesia Timur. Kehadiran rumah sakit tersebut juga diproyeksikan dapat menambah tenaga medis, membuka lapangan kerja baru, serta mendorong perputaran ekonomi masyarakat sekitar.
“Kami sangat berkomitmen mendukung pembangunan ini. Apa pun yang bisa kami bantu, baik dari sisi prosedur administrasi maupun perizinan, akan kami support dengan sebaik-baiknya. Jika ada hal yang perlu kami intervensi, silakan disampaikan agar proses pembangunan bisa berjalan lancar,” tambahnya.
Baca juga : Munafri Sambut Taruna AAL 2025, Tekankan Pentingnya Jaga Kedaulatan Laut
Munafri juga memaparkan bahwa saat ini Kota Makassar memiliki 53 rumah sakit, terdiri atas 31 rumah sakit ibu dan anak, 14 rumah sakit khusus, serta sejumlah rumah sakit instansi pemerintah. Karena itu, menurutnya, kolaborasi dengan pihak swasta seperti RS Islam Faisal akan semakin memperkuat mutu layanan kesehatan di kota ini.
Sementara itu, dalam sambutannya, Jusuf Kalla mengingatkan agar pembangunan RS Islam Faisal tidak hanya berorientasi pada fisik, tetapi juga pada kualitas layanan dan manajemen modern.
“Dulu, pendiri rumah sakit ini dimulai dari semangat sosial. Kita berusaha menolong para ulama yang sakit. Namun seiring perkembangan zaman, layanan kesehatan berubah dari semata-mata usaha sosial menjadi bisnis sosial,” jelas JK.
Ia menekankan bahwa rumah sakit harus mampu beradaptasi dengan kemajuan teknologi dan tuntutan pasien yang semakin tinggi. Hal itu hanya bisa diwujudkan dengan sistem manajerial yang baik, tenaga medis profesional, serta peralatan modern.
“Perbaikan mutu layanan kesehatan hanya bisa dihadapi dengan sistem manajerial yang baik dan visi yang jauh ke depan. Tidak mungkin lagi kita mengandalkan cara-cara lama,” tegasnya.
JK mencontohkan Singapura dan Malaysia yang kini menjadi destinasi utama layanan kesehatan di Asia Tenggara. Menurutnya, kemajuan mereka bukan semata-mata karena dokter, melainkan sistem, manajemen, dan fasilitas yang mumpuni.
“Itu yang harus kita tiru. Kita harus menyiapkan rumah sakit dengan standar layanan layaknya hotel dan manajemen penerbangan terbaik,” imbuhnya.
Ia menegaskan, pembangunan gedung baru RS Islam Faisal harus dijadikan momentum transformasi menjadi rumah sakit rujukan modern di Kawasan Indonesia Timur dengan layanan setara standar internasional.
“Kesehatan tetap menjadi tujuan utama, tetapi di balik itu harus ada manajemen bisnis yang kuat agar rumah sakit bisa bersaing,” tutup JK.
Diketahui, RS Islam Faisal pertama kali diresmikan pada 24 September 1980, berdiri di atas lahan seluas 44.632 meter persegi dengan bangunan awal sekitar 4.400 meter persegi. Kini, rumah sakit tersebut tengah membangun gedung baru delapan lantai untuk meningkatkan kapasitas dan mutu pelayanan, di bawah naungan kerja sama dengan PT Kalla Group. (*/IN)