Penanaman Nilai Budaya Berbahasa, Tim PKM Maggaligo Unhas Kembangkan Dongeng Lokal Bilingual

EDUKASI. Tim Maggaligo saat berada di MIS Bulujaya Jeneponto, Minggu (16/07/2023). (foto:IST/InspirasiNusantara)

IN, JENEPONTO -– Tim Maggaligo dari Departemen Sastra Indonesia Universitas Hasanuddin (Unhas) membuka jalan lebih dekat ke Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas).

Melalui skim pengabdian masyarakat, Maggaligo dinyatakan lolos dalam 135 tim perdana. Tim ini dinyatakan lolos pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang diumumkan melalui akun instagram Kemahasiswaan Dikti, (16/06/2023) lalu.

Tim Maggaligo dibimbing oleh dosen Sastra Indonesia, Dr. Muslimat, M.Hum. Tim Maggaligo diketuai Muh Akhdan Abizar Anwar beranggotakan empat orang; Muh. Alif, Muh. Zaenal, Nursyifa Aulia, dan Putri Pendawi.

Tim ini memperkenalkan istilah Maggaligo sebagai sastra lisan atau teknik dongeng lokal yang diambil dari cerita hikayat Sulawesi Selatan. Cerita yang diambil berdasarkan cerita fabel yang populer se-Asia dan dongeng-dongeng di setiap daerah Sulawesi Selatan.

Muh Akhdan Abizar Anwar mengatakan tujuan dari program ini untuk memperkenalkan budaya lokal melalui dongeng anak, tidak hanya itu juga mengajarkan bilingual dengan menggunakan boneka tangan sebagai pendidikan inovatif sekaligus menghibur.

Maggaligo merupakan teknik berdongeng dengan kearifan lokal asal Sulawesi Selatan. Pengimplementasian Maggaligo akan dibersamai buku karikatur berisi dongeng-dongeng yang akan disampaikan. Dongeng yang dicakup meliputi dongeng lokal yang sarat akan nilai moral dan budaya. Seperti kisah Nene Mallomo asal Sidenreng Rappang (Sidrap) yang dimuat di dalam buku karikatur.

“Dongeng lokal merupakan sastra lisan yang perlu diajarkan kepada anak-anak sejak dini sebagai penanaman nilai luhur dan budaya kita. Jangan sampai identitas anak-anak hancur dipengaruhi oleh faktor luar yang bukan budaya kita,” jelas mantan Wakil Ketua Ikatan Mahasiswa Sastra Indonesia (IMSI) ini.

Bukan hanya buku karikatur, kata mahasiswa asal Bone ini, boneka peraga juga dihadirkan guna memikat daya tarik peserta didik. Hal ini berguna agar peserta didik dapat merepresentasikan karakter pada dongeng. Selain itu, dapat pula melatih imajinasi peserta didik sehingga mereka dapat membantu penciptaan karakter yang dicipta oleh imajinasi mereka.

“Dimensi berbeda yang ditampilkan oleh boneka peraga juga dapat dijadikan sarana hiburan bagi mereka,” ungkap mahasiswa angkatan 2020 ini yang kini juga aktif di Teater Kampus Unhas.

Perantara Maggaligo kata Akhdan, dalam mengantarkan cerita-cerita dongeng disajikan dengan melibatkan metode bilingual yakni memadukan penggunaan bahasa ibu dan bahasa kedua dalam proses belajar. Adapun bahasa peserta didik di lokasi mitra ialah bahasa daerah, bahasa Makassar. “Penguasaan bilingual menjadi salah satu yang diharapkan oleh Tim Maggaligo dari pelaksanaan program ini,” ungkapnya.

Dosen pendamping Muslimat mengatakan, kegiatan yang dilakukan oleh Tim pengabdian Manggaligo diharapkan dapat menjadi solusi yang tepat untuk dapat mengeluarkan peserta didik dari permasalahan yang dihadapi. Agar tim Maggaligo tidak hanya mampu menciptakan suasana pembelajaran menarik dengan metode yang digunakannya, tetapi dengan minat dan motivasi belajar yang kuat bagi anak didik tersebut.

“Mereka secara sadar dapat mempelajari bahasa Indonesia dengan baik dan benar, di samping menggunakan bahasa daerahnya dan dapat mengambil nilai-nilai luhur budaya bangsa yang terungkap dari cerita rakyat/ dongeng yang disajikan sebagai media pembelajaran untuk membentuk karakter mereka,” ungkapnya.

Salah satunya telah di tunjukan di MIS Bulujaya Jeneponto, Minggu (16/07/2023). Sekolah di sana baru saja terkena musibah angin puting beliung, sehingga anak-anak dan para pengajar di sana harus bersekolah di bawah kolong rumah salah seorang warga.

Melalui hal itu, tim Maggaligo membentuk pendidikan yang inovatif dan menghibur melalui boneka tangan dan gambar-gambar karikatur yang bercirikan jenaka.

Dosen Pembimbing Maggaligo, Muslimat menyampaikan bahwa tim Maggaligo mempunyai visi penting dalam penanaman nilai budaya dan pengajaran bilingual (dua bahasa).

“Kegiatan yg dilakukan oleh Tim pengabdian Manggaligo diharapkan dapat menjadi solusi yang tepat untuk dapat mengeluarkan peserta didik dari permasalahan yang dihadapi. Agar tim Maggaligo tidak hanya mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dengan metode yg digunakannya, tetapi dengan minat dan motivasi belajar yang kuat bagi anak didik tersebut mereka secara sadar dapat mempelajari bahasa Indonesia dengan baik dan benar, di samping menggunakan bahasa daerahnya dan dapat mengambil nilai-nilai luhur budaya bangsa yg terungkap dari cerita rakyat/dongeng yang disajikan sebagai media pembelajaran untuk membentuk karakter mereka” jelas Muslimat, Dosen Sastra Indonesia. (fai/IN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *