INSPIRASI NUSANTARA–Di balik layar WhatsApp, foto profil bukan hanya sekadar gambar—bagi sebagian orang, itu adalah cermin dari perjuangan batin terhadap citra tubuh.
Di era digital, media sosial dan platform komunikasi seperti WhatsApp tidak hanya menjadi alat berinteraksi, tetapi juga ruang ekspresi diri. Salah satu aspek menarik yang muncul adalah bagaimana individu menggunakan foto profil mereka untuk mencerminkan citra tubuh dan persepsi diri, termasuk bagi mereka yang memiliki tantangan terkait dismorfia tubuh.
Bagi beberapa orang, terutama mereka yang memiliki masalah dengan citra tubuh, foto profil WhatsApp bisa menjadi cermin dari perasaan ketidakpuasan terhadap penampilan fisik mereka. Dalam beberapa kasus, individu ini cenderung memilih gambar yang secara sengaja menyembunyikan bagian tubuh yang mereka anggap tidak ideal atau justru memilih foto yang lebih menunjukkan sisi-sisi tertentu dari tubuh mereka
Profil WhatsApp sebagai Refleksi Citra Diri
Bagi sebagian individu, khususnya mereka yang memiliki masalah citra tubuh, profil WhatsApp dapat menjadi medium untuk menunjukkan tubuh ideal atau justru menyembunyikan ketidakpuasan terhadap fisik mereka.
Sebuah studi yang dipublikasikan di Journal of Health Psychology berjudul Understanding Body Dysmorphia through WhatsApp Profiles of Individuals with Obesity mengungkapkan bahwa individu dengan obesitas cenderung menggunakan foto profil yang dipilih dengan hati-hati, baik untuk menutupi kekurangan yang mereka rasakan maupun untuk membangun citra diri yang lebih positif di mata orang lain.
Dalam beberapa kasus, mereka mungkin memilih foto yang menampilkan wajah saja, sudut tertentu tubuh, atau bahkan mengganti foto pribadi dengan gambar lain, seperti pemandangan atau kutipan motivasi. Pilihan ini sering kali menjadi cerminan dari bagaimana mereka memandang diri sendiri dan ingin dilihat oleh orang lain.
Pengaruh Media Sosial terhadap Dismorfia Tubuh
Dismorfia tubuh, yaitu gangguan yang membuat seseorang merasa sangat tidak puas dengan penampilan fisiknya, sering kali diperburuk oleh ekspektasi sosial yang ada di media digital. WhatsApp, meski merupakan platform komunikasi personal, tetap menjadi bagian dari dinamika tersebut.
Foto profil menjadi alat untuk menyampaikan pesan visual tentang bagaimana seseorang ingin dipersepsikan, dan terkadang hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mengatasi rasa kurang percaya diri.
Foto profil yang dipilih dapat memberikan wawasan mendalam tentang emosi dan pandangan individu terhadap dirinya. Seseorang yang tidak nyaman dengan tubuhnya mungkin lebih memilih gambar yang mengaburkan identitas fisiknya, sementara individu dengan kepercayaan diri tinggi mungkin lebih memilih gambar yang menonjolkan keunikan mereka
Dr. Franceschelli berkata: “Mereka mungkin memilih gambar-gambar tersebut agar dapat mengendalikan citra yang mereka tampilkan kepada orang lain dan agar mereka tidak dikritik tentang tubuh mereka.
Citra Tubuh di Tengah Tantangan Sosial
Fenomena ini tidak hanya terbatas pada individu dengan obesitas. Secara umum, pilihan foto profil sering kali mencerminkan konflik batin terkait standar kecantikan atau tubuh ideal yang dipromosikan di media sosial.
Di satu sisi, ada keinginan untuk terlihat menarik, di sisi lain, ada tekanan untuk memenuhi ekspektasi masyarakat. Dalam konteks ini, penting untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menerima diri sendiri.
WhatsApp: Lebih dari Sekadar Alat Komunikasi
Melalui pilihan foto profil, WhatsApp menjadi jendela kecil yang memperlihatkan bagaimana seseorang memandang dirinya. Baik untuk mengekspresikan kebanggaan, kerentanan, atau bahkan perjuangan melawan persepsi negatif tentang tubuh, platform ini secara tidak langsung memainkan peran penting dalam dinamika psikologi tubuh di era digital.
Kesadaran akan hal ini penting, baik bagi individu maupun masyarakat luas, untuk menciptakan lingkungan sosial yang lebih inklusif, menerima, dan mendukung setiap bentuk ekspresi diri. (fit/in)