Riset: Pernikahan Dini 6 Kali Lebih Rentan Dialami Anak dari Ibu Berpendidikan Rendah

Riset: Pernikahan Dini 6 Kali Lebih Rentan Dialami Anak dari Ibu Berpendidikan Rendah
ILUSTRASI.Riset: Pernikahan Dini 6 Kali Lebih Rentan Dialami Anak dari Ibu Berpendidikan Rendah. (foto:yayasankesehatanprempuan)

INSPIRASI NUSANTARA– Pernikahan dini masih menjadi masalah serius yang dihadapi Indonesia. Faktanya, ada pengaruh antara pendidikan orang tua terhadap pernikahan dini pada, terutama pada pendidikan ibu.

Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa pendidikan ayah tidak memiliki hubungan signifikan dengan kejadian pernikahan dini pada anak. Ayah tidak mempengaruhi keputusan anak untuk menikah muda.

Di sisi lain, pendidikan ibu justru ditemukan memiliki hubungan kuat dengan kejadian pernikahan anak. Anak-anak dari ibu dengan pendidikan rendah memiliki risiko enam kali lebih tinggi untuk menikah dini dibandingkan dengan anak-anak dari ibu yang berpendidikan lebih tinggi.

“Perbedaan ini kemungkinan besar disebabkan oleh semakin besarnya peran ibu dalam mengambil keputusan mengenai pernikahan anaknya, serta pengaruh pendidikan terhadap pengetahuan dan pola pikir orang tua dalam mengarahkan masa depan anaknya,” dikutip dari Journal of Chemical Health Risks, April 2024.

Meski penelitian ini hanya difokuskan di Kabupaten Wajo, tetapi hasil ini konsisten dengan penelitian di Bengkulu yang menunjukkan bahwa peran orang tua yang kuat cenderung menurunkan peluang anak untuk menikah dini. Faktor peran orang tua diidentifikasi sebagai faktor dominan dalam keputusan pernikahan anak.

Selain itu, pendidikan pasangan juga terbukti berpengaruh. Penelitian menunjukkan bahwa risiko pernikahan dini meningkat pada pasangan yang memiliki pendidikan rendah.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa status ekonomi tidak secara signifikan mempengaruhi pernikahan anak, meskipun terdapat perbedaan persentase status ekonomi rendah antara kedua kelompok. Hasil ini berbeda dengan beberapa penelitian sebelumnya di Afrika dan Asia Selatan, yang menyoroti faktor ekonomi sebagai penyebab utama pernikahan anak.

Di Indonesia, penelitian di Bawean dan Jeneponto menemukan hubungan antara status ekonomi rendah dan pernikahan anak, namun penelitian di Konawe Selatan dan Magelang tidak menemukan hubungan yang signifikan. Salah satu alasan yang dikemukakan adalah mayoritas orang tua dalam penelitian ini memiliki status ekonomi rendah dan berprofesi sebagai wirausahawan.

Faktor lain yang diteliti adalah ketersediaan layanan kesehatan reproduksi remaja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akses terhadap layanan ini tidak berpengaruh signifikan terhadap pernikahan anak, meskipun sebagian besar responden telah mengikuti program kesehatan reproduksi remaja saat bersekolah.

Temuan ini menunjukkan bahwa kurangnya akses terhadap layanan kesehatan reproduksi remaja dapat memengaruhi tingkat pengetahuan dan kesadaran anak tentang pernikahan dini, meskipun penelitian lain menunjukkan hasil beragam.

Adapun pengaruh teman sebaya terhadap pernikahan anak tidak terbukti signifikan dalam penelitian ini, berbeda dengan penelitian di Kota Padang, Jawa Barat, dan Bengkulu yang menunjukkan bahwa teman sebaya memiliki pengaruh besar terhadap keputusan anak untuk menikah muda.

Sebagian besar anak memilih menikah muda karena mengikuti jejak teman mereka. Namun, hasil penelitian ini menyatakan bahwa peran teman sebaya bukanlah faktor signifikan dalam keputusan pernikahan dini pada anak.

Penelitian ini menegaskan pentingnya pendidikan dan peran orang tua dalam upaya pencegahan pernikahan dini pada anak, terutama dengan memperhatikan pendidikan ibu dan pasangan sebagai faktor-faktor kunci. (*/IN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *