INSPIRASI NUSANTARA – Nilai tukar rupiah mengalami pelemahan sebesar 9 poin atau 0,06 persen dibandingkan perdagangan sebelumnya.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot menunjukkan penguatan pada perdagangan pagi hari Kamis, 31 Oktober 2024, mencapai posisi Rp 15.714 per dolar AS.
Sementara mata uang Garuda berjuang menghadapi tekanan, mata uang di kawasan Asia menunjukkan tren serupa. Peso Filipina, dolar Singapura, baht Thailand, yen Jepang, dan yuan China semuanya mengalami pelemahan.
Dilansir dari laman CNN, dalam lingkup yang lebih luas, mayoritas mata uang negara maju juga mengalami penurunan. Poundsterling Inggris, dolar Australia, euro, dan dolar Kanada semuanya melemah. Namun, franc Swiss justru mengalami penguatan sebesar 0,06 persen, memberikan harapan di tengah ketidakpastian ini.
Ariston Tjendra, pengamat pasar keuangan, menjelaskan bahwa tekanan terhadap rupiah disebabkan oleh sejumlah faktor. Data ekonomi AS yang dirilis baru-baru ini, termasuk laporan tenaga kerja dan produk domestik bruto (PDB) untuk kuartal III, menunjukkan kemungkinan adanya kebijakan pemangkasan yang lebih kecil dari Bank Sentral AS pada rapat mendatang. Hal ini dapat memberikan ruang bagi dolar AS untuk menguat lebih lanjut.
“Dari data-data itu, Bank Sentral AS kemungkinan akan mengambil kebijakan pemangkasan yang lebih kecil pada rapat berikutnya di Desember sehingga masih ada peluang dolar AS untuk menguat terhadap nilai tukar lainnya termasuk rupiah,” kata Ariston kepada CNNIndonesia.
Dalam proyeksi hari ini, Ariston memprediksi rupiah akan bergerak di kisaran Rp15.650 hingga Rp15.730 per dolar AS. Masyarakat diharapkan tetap tenang dan waspada terhadap fluktuasi nilai tukar ini, serta mempertimbangkan langkah-langkah yang dapat diambil untuk melindungi keuangan mereka di tengah ketidakpastian global. Dengan pemahaman yang baik tentang dinamika pasar, setiap individu dapat berkontribusi pada stabilitas ekonomi dalam jangka panjang. (fit/in)
