back to top
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

InspirasiNusantara.id “MENGEDUKASI, MENGINSPIRASI, MENGGERAKKAN”
27.2 C
Jakarta
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

Jadilah Member Kami

Dapatkan konten Eksklusif yang menarik

― Advertisement ―

spot_img

Masa Orientasi Sekolah Makassar Usung Edukasi Lingkungan dan Parenting

MAKASSAR, Inspirasinusantara.id --Masa orientasi sekolah tahun ajaran baru di Kota Makassar akan menekankan pada pengenalan lingkungan hidup melalui pembiasaan buang sampah pada tempatnya dan...
BerandaGaya HidupWisata Tidur Jadi Tren, Solusi Cerdas Pulihkan Energi

Wisata Tidur Jadi Tren, Solusi Cerdas Pulihkan Energi

Inspirasinusantara.id — Wisata tidur menawarkan pelarian damai yang merestorasi energi, menenangkan pikiran, dan menyembuhkan jiwa. Liburan baru ini mengajarkan bahwa kadang, berhenti dan benar-benar istirahat adalah bentuk keberanian terbesar.

Di tengah dunia yang bergerak cepat, di mana layar digital menyala nyaris 24 jam dan pekerjaan seperti tak pernah benar-benar selesai, tidur nyenyak telah menjadi sesuatu yang langka—bahkan mewah. Kini, semakin banyak orang memutuskan untuk “melawan” hiruk-pikuk itu lewat sebuah tren baru: wisata tidur.

Bukan mimpi, wisata tidur yang menempatkan kualitas istirahat sebagai tujuan utama perjalanan tengah naik daun di kalangan wisatawan global. Tren ini mencuat sejak pandemi Covid-19, saat banyak orang mulai menyadari bahwa tubuh dan pikiran butuh lebih dari sekadar liburan penuh jadwal padat: mereka butuh pemulihan.

“Wisata tidur adalah bentuk perawatan diri yang paling radikal dan sunyi,” dikutip dari  Real Simple dalam laporan terbarunya.

Baca juga : Cuaca Tak Menentu? Ini 5 Tempat Wisata Glamping Nyaman di Sulsel

Dari Staycation ke Slumbercation

Jika dulu liburan identik dengan berburu tempat Instagrammable atau kuliner viral, kini fokus mulai bergeser: liburan untuk benar-benar beristirahat. Global Wellness Institute mencatat bahwa industri wisata kesehatan, termasuk wisata tidur, telah menembus angka US$919 miliar pada 2023, dan diprediksi terus tumbuh hampir 10% per tahun.

Survei terbaru menunjukkan betapa besar kebutuhan ini. Di Jepang, hanya 20% masyarakat tidur nyenyak lebih dari dua malam dalam seminggu.

Di India, angkanya hanya 27%. Artinya, sebagian besar orang kini kelelahan secara sistemik.

Indonesia Tak Ketinggalan

Indonesia pun mulai ikut dalam arus “revolusi sunyi” ini. Di Ubud, Bali, berbagai resor kini merancang pengalaman menginap yang berorientasi pada relaksasi menyeluruh—dari kamar tidur bebas cahaya biru, spa aromaterapi, sesi yoga malam, hingga sleep consultation.

Dilansir dari CNA, bahkan, hotel-hotel di Lombok dilaporkan mulai menawarkan paket khusus untuk mendukung kualitas tidur selama liburan. Yang dijual bukan kuantitas tidur, melainkan kualitas pulihnya tubuh dan pikiran.

Studi meta-analisis menunjukkan bahwa tidur berkualitas dapat menurunkan risiko depresi, mengurangi kecemasan, dan memperlambat penuaan.

Tidur: Aktivitas Paling Revolusioner Hari Ini

Bagi banyak orang, wisata tidur bukan sekadar tren atau gaya hidup baru. Ia adalah bentuk perlawanan terhadap dunia yang menuntut produktivitas tanpa henti.

Sebuah bentuk “detoks eksistensial” dari kelelahan kolektif. Hilton melaporkan bahwa dua dari tiga warga Amerika mengaku tidur lebih nyenyak di hotel dibandingkan rumah sendiri.

Sementara itu, hampir setengah wisatawan kini menjadikan istirahat total sebagai motivasi utama mereka pergi berlibur. Ketika dunia terus bising dan bergerak cepat, tidur dengan damai mungkin adalah tindakan paling berani yang bisa dilakukan siapa pun.

Ketika dunia tak lagi memberi ruang untuk diam, wisata tidur menawarkan keheningan sebagai bentuk pemulihan paling hakiki bagi tubuh, pikiran, dan jiwa. (*/IN)