back to top
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

InspirasiNusantara.id “MENGEDUKASI, MENGINSPIRASI, MENGGERAKKAN”
30.1 C
Jakarta
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

Jadilah Member Kami

Dapatkan konten Eksklusif yang menarik

― Advertisement ―

spot_img

Duduk atau Jongkok? Jejak Karbon di Balik Toilet 

inspirasinusantara.id – Saat berbicara soal perubahan iklim, mungkin yang pertama terlintas di benak kita adalah kendaraan bermotor, limbah industri, atau pembangkit listrik berbahan bakar...
BerandaBudayaKearifan Lokal Sulsel dalam Tari Pa’katia: Simbol Kesetaraan dalam Tradisi Rambu Solo’

Kearifan Lokal Sulsel dalam Tari Pa’katia: Simbol Kesetaraan dalam Tradisi Rambu Solo’

INSPIRASI NUSANTARA—Kearifan lokal Sulsel dalam tradisi Rambu Solo’ tidak hanya tercermin dalam prosesi pemakaman adat, tetapi juga dalam seni yang sarat makna, salah satunya Tari Pa’katia. Tarian sakral ini bukan sekadar bagian dari upacara penghormatan bagi bangsawan Toraja yang telah berpulang, tetapi juga menyampaikan pesan mendalam tentang kesetaraan manusia di hadapan Tuhan.

kearifan lokal Sulsel dalam tradisi Rambu Solo’, upacara pemakaman adat yang penuh makna spiritual dan sosial. Di antara rangkaian prosesi tersebut, terselip sebuah tarian sakral yang tidak hanya menjadi penghormatan terakhir bagi mereka yang telah berpulang, tetapi juga mengingatkan kita akan hakikat kehidupan—Tari Pa’katia.

Tari Pa’katia bukan sekadar hiburan dalam upacara adat, tetapi merupakan perwujudan kearifan lokal Sulsel yang sarat dengan simbol penghormatan dan kesakralan. Tarian ini biasanya dipentaskan untuk menghormati kepergian bangsawan Toraja, namun di balik kemegahannya tersirat pesan mendalam: bangsawan ataupun bukan, setiap manusia akan kembali ke tanah.

Dilansir dari Skripsi yang di publikasikan oleH https://eprints.unm.ac.id, Makna simbolik dalam gerakan Tari Pa’katia mencerminkan nilai-nilai religius sebagai wujud ketaatan dan kepatuhan seorang hamba kepada Tuhannya. Tarian ini juga mengandung nilai sosial dan moral yang mendalam.

Makna Simbolik dalam Gerakan dan Busana

Salah satu bentuk kearifan lokal Sulsel yang tercermin dalam Tari Pa’katia adalah dalam gerakan dan busana yang digunakan oleh para penari. Tarian ini dibawakan oleh seorang lelaki yang melantunkan syair dan delapan penari perempuan yang mengikuti ragam gerak yang diwariskan secara turun-temurun.

Salah satu gerakan penting dalam tarian ini adalah Passambo Padang, yang bermakna bahwa di hadapan Tuhan, semua manusia memiliki derajat yang sama dan akan kembali ke tanah. Kesakralan Tari Pa’katia juga terlihat dalam kostumnya.

Warna hitam yang dominan melambangkan duka cita, sementara hiasan arrusan lidi dan sa’pi lambing berbentuk segitiga mencerminkan kebangsawanan dan keagungan. Busana ini bukan hanya sekadar pakaian adat, tetapi menjadi representasi dari nilai-nilai luhur yang diwariskan dalam kearifan lokal Sulsel.

Menghargai Kehormatan dan Kekeluargaan dalam Rambu Solo’

Tari Pa’katia tidak hanya menjadi penghormatan bagi leluhur, tetapi juga mencerminkan nilai kekeluargaan yang menjadi bagian dari kearifan lokal Sulsel. Tarian ini sering dipentaskan di Lantang Karampuan, tempat penerimaan tamu dalam upacara Rambu Solo’.

Dalam tradisi ini, setiap tamu yang datang disambut dengan penuh penghargaan tanpa memandang status sosial mereka, mencerminkan nilai kesetaraan dan persaudaraan.

Bagi masyarakat Toraja, Rambu Solo’ bukan sekadar perpisahan, tetapi juga bentuk penghormatan terakhir kepada mereka yang telah tiada. Nilai ini tetap relevan hingga kini, mengajarkan kita tentang kehidupan yang harus dijalani dengan ketulusan dan keseimbangan.

Dengan segala makna yang terkandung di dalamnya, Tari Pa’katia bukan hanya sekadar warisan budaya, tetapi juga refleksi dari kearifan lokal Sulsel yang mengajarkan penghormatan, kesetaraan, dan nilai-nilai kehidupan yang hakiki. (*/IN)

SUMBER: LING DYAN MATANDUNG (2018). “Makna Simbolik Tari Pa’katia pada Upacara Rambu Solo’ di Kabupaten Toraja Utara”.Skripsi. Fakultas Seni dan Desain Universitas Negeri Makassar.