Ragam  

Adab Dulu baru Ilmu: Hikmah di Balik Kontroversi Guyonan Gus Miftah ke Penjual Es Teh

Adab Dulu baru Ilmu: Hikmah di Balik Kontroversi Guyonan Gus Miftah ke Penjual Es Teh
ILUSTRASI. Adab Dulu baru Ilmu: Hikmah di Balik Kontroversi Guyonan Gus Miftah ke Penjual Es Teh. (foto:istimewa)

INPIRASI NUSANTARA–Kontroversi terkait guyonan Gus Miftah kepada penjual es teh memang menimbulkan banyak perdebatan, namun di balik itu, terdapat hikmah yang bisa dipetik.

Netizen ramai-ramai mengkritik keras pernyataan Utusan Khusus Presiden Miftah Maulana Habiburrahman alias Gus Miftah setelah video interaksinya dengan seorang penjual es teh viral di media sosial. Dalam video yang viral, ia terlihat melontarkan candaan kepada seorang penjual es teh di acara Magelang Bersholawat.

Es tehmu ijek okeh ora (es tehmu masih banyak nggak)? Masih? Yo kono didol (ya sana dijual), goblok. Dol en ndisik, ngko lak rung payu yo wes, takdir (Jual dulu, nanti kalau masih belum laku, ya sudah, takdir),” kata Gus Miftah kepada pedagang es teh dalam video tersebut.

Kejadian ini menjadi pengingat penting tentang adab dalam berbicara, khususnya bagi tokoh masyarakat. Sebagai figur publik, ucapan Gus Miftah tidak hanya mencerminkan dirinya secara pribadi, tetapi juga memengaruhi banyak orang. Dalam Islam, adab mendahului ilmu. Hal ini berarti bahwa pengetahuan seseorang harus disertai sikap santun agar membawa manfaat.

Agar komunikasi tetap harmonis dan bermakna, berikut enam adab yang perlu diterapkan dalam berucap:

1. Berpikir Sebelum Berbicara

Ucapan yang baik berasal dari pemikiran yang jernih. Pertimbangkan dampaknya terhadap lawan bicara sebelum melontarkan kata-kata.

2. Menggunakan Nada yang Santun 

Nada suara yang sopan menciptakan suasana nyaman, meski yang disampaikan adalah kritik atau masukan.

3. Hindari Perkataan yang Menyakitkan 

Kata-kata kasar atau yang terkesan merendahkan bisa melukai hati orang lain. Bahkan dalam bercanda, hindari humor yang dapat dianggap menghina.

4. Sesuaikan dengan Situasi

Pilih waktu dan tempat yang tepat untuk berbicara. Jangan sampai candaan atau ucapan serius salah diterima karena konteksnya tidak sesuai.

5. Tunjukkan Empati

Memahami posisi dan perasaan orang lain adalah kunci. Dengan empati, kita bisa menyampaikan pesan tanpa melukai perasaan mereka.

6. Berbicara Jujur dengan Cara yang Bijak

Kejujuran adalah keutamaan, tetapi penyampaiannya harus disertai kebijaksanaan agar tidak menimbulkan kesalahpahaman.

Dari kontroversi yang terjadi antara Gus Miftah dengan penjual es teh ini, kita belajar bahwa adab berbicara adalah salah satu bentuk dakwah paling sederhana namun sangat penting. Mari jadikan tutur kata kita sebagai sarana menebar kedamaian dan kebaikan. Dengan begitu, ilmu yang kita miliki akan menjadi lebih bermanfaat, tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga bagi sesama. (fit/in)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *