Ragam  

Banjir di Makassar Mulai Surut, Warga Bersihkan Rumah dan Pulihkan Aktivitas  

Banjir di Makassar Mulai Surut, Warga Bersihkan Rumah dan Pulihkan Aktivitas
KONDISI salah satu rumah warga pasca banjir. (foto:inspirasi/priskawati)

IN, MAKASSAR— Setelah beberapa hari dilanda banjir akibat curah hujan tinggi dan meluapnya sungai, kondisi di sejumlah wilayah di Makassar mulai berangsur normal. Air yang sempat merendam permukiman warga kini mulai surut, membuat warga segera bergegas membersihkan rumah mereka dari lumpur dan sisa-sisa material yang terbawa banjir.

Salah satu warga terdampak, Shella Sulfiah (30), seorang ibu rumah tangga, mengungkapkan bahwa rumahnya sempat terendam banjir. Meskipun air sudah surut, ia masih dihadapkan dengan kondisi rumah yang kotor dan barang-barang yang berantakan akibat banjir.

“Sekarang air sudah surut, tapi kondisi rumah pasca-banjir jelas berantakan. Lantai sangat kotor, dan banyak barang yang rusak,” ujar Shella, Kamis (13/02/2025).

Selain menghadapi rumah yang kotor, Shella juga mengungkapkan bahwa warga mengalami kendala dalam membersihkan rumah. Salah satu masalah utama adalah kualitas air yang menurun akibat banjir, terutama di wilayah Perintis, Kampung Beru, Kelurahan Tamalanrea, Kecamatan Tamalanrea.

“Di sini banyak warga yang menggunakan sumur bor sebagai sumber air tapi setelah banjir, kualitas airnya terpengaruh. Jadi, saat membersihkan rumah, air yang digunakan juga kurang bersih,” jelasnya.

Sejauh ini, warga di Kampung Beru telah menerima bantuan berupa paket sembako dari Anggota DPRD Kota Makassar, Idris S.IPem, dari Fraksi Partai Gerindra. Bantuan tersebut disalurkan melalui tim relawan Romeh Djoang.

“Kami bersyukur atas bantuan yang sudah diberikan, tapi sejauh ini belum ada bantuan lain yang datang ke wilayah kami,” kata Shella.

Selain membersihkan rumah, warga juga dihadapkan dengan pencemaran lingkungan akibat banjir. Sampah-sampah yang terbawa arus air, termasuk batang-batang pohon, berserakan di berbagai sudut permukiman.

“Sampah dari mana-mana terbawa air. Setelah surut, jadinya menumpuk di lingkungan kami,” kata Shella.

Ia juga menyoroti minimnya kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah yang menjadi salah satu pemicu utama banjir di Makassar.

“Banyak yang masih membuang sampah sembarangan. Sampah-sampah ini menyumbat drainase dan anak sungai, jadi saat hujan deras, air meluap dan menyebabkan banjir,” jelasnya.

Melihat dampak yang ditimbulkan, Shella berharap semua pihak baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat dapat bekerja sama dalam mencegah banjir di masa mendatang. Ia juga menyoroti pembangunan yang tidak memperhatikan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai salah satu faktor yang memperparah banjir.

“Sekarang banyak pembangunan yang mengabaikan RTH. Padahal, area hijau itu penting untuk resapan air saat hujan deras,” katanya.

Dengan semakin seringnya banjir melanda Makassar, Shella berharap ada langkah konkret dari semua pihak untuk mengatasi permasalahan ini.

“Kalau kita tidak mulai dari sekarang, banjir akan terus terjadi dan makin parah ke depannya,” tutupnya. (*/IN)

Penulis: Priskawati Pakila’

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *