Belajar dari Legenda Gunung Nona, Lawan Pelecehan Seksual

Belajar dari Legenda Gunung Nona, Lawan Pelecehan Seksual
GUNUNG NONA ENREKANG. Legenda Gunung Nona Enrekang memberi pesan moral dalam menghadapi isu pelecehan seksual yang marak terjadi saat ini. (foto:istimewa)

INSPIRASI NUSANTARA–Legenda Gunung Nona Enrekang memberi pesan moral dalam menghadapi isu pelecehan seksual yang marak terjadi saat ini.

Sulawesi Selatan tidak hanya kaya akan budaya dan tradisi, tetapi juga menyimpan banyak cerita rakyat yang penuh makna. Salah satu yang paling terkenal adalah legenda Gunung Nona di Enrekang, sebuah kisah yang menjadi simbol pesan moral yang penting bagi kehidupan modern, khususnya dalam menghadapi isu pelecehan seksual.

Menurut cerita, legenda ini bermula dari munculnya seorang anak laki-laki berwajah tampan dengan kulit putih bersih, yang diyakini sebagai utusan langit. Sosok ini disebut To Mellao Ri Langi’ atau To Malabbi’ oleh masyarakat Tindalun. Anak tersebut ditemukan oleh seorang wanita bernama Masaang, penduduk Kampung Tindalun, yang kemudian merawat dan membesarkannya bersama masyarakat setempat.

Seiring waktu, anak itu tumbuh dewasa dan menikah dengan putri raja dari Kerajaan Tindalun. Dari pernikahan ini, lahirlah Kalando Palapana, yang kelak mewarisi tahta kerajaan. Di bawah kepemimpinannya, Kerajaan Tindalun menikmati masa kemakmuran yang luar biasa berkat kekayaan alam yang melimpah.

Namun, kemakmuran itu menjadi bumerang. Masyarakat Tindalun mulai lupa diri, terjebak dalam gaya hidup bebas yang melanggar norma agama dan adat. Perilaku tidak bermoral, termasuk seks bebas dan pelecehan terhadap perempuan, menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari mereka.

Tidak hanya melukai nilai-nilai adat, tindakan ini juga menciptakan ketidakadilan yang menyasar perempuan sebagai korban utama. Murahnya penghormatan terhadap martabat perempuan akhirnya memicu kemurkaan Tuhan.

Masyarakat Tindalun dikutuk, dan Gunung Nona, dengan bentuknya yang unik menyerupai kelamin perempuan, diyakini sebagai simbol hukuman atas pelanggaran moral tersebut.

Legenda Gunung Nona menyiratkan bahwa pelecehan dan ketidakadilan terhadap perempuan adalah pelanggaran berat yang membawa dampak besar, tidak hanya bagi korban tetapi juga bagi masyarakat secara keseluruhan.

Dari kisah ini, kita dapat belajar beberapa hal, yaitu:

1. Menghormati Martabat Perempuan

Perempuan berhak mendapatkan penghormatan dan perlindungan, bebas dari pelecehan atau diskriminasi dalam bentuk apa pun.

2. Menjadi Agen Perubahan

Masyarakat harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang aman dan menghormati hak setiap individu, terutama perempuan.

3. Belajar dari Budaya dan Sejarah

Kisah ini mengingatkan kita tentang pentingnya menjaga nilai-nilai moral dan budaya, agar tidak mengulangi kesalahan masa lalu.

Di era modern, kisah Gunung Nona dapat menjadi alat edukasi untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menghormati martabat sesama dan menghindari pelecehan seksual. Pesan-pesan moral yang terkandung dalam legenda ini relevan dalam perjuangan global melawan pelecehan seksual dan ketidakadilan bagi perempuan.

Gunung Nona bukan hanya daya tarik wisata atau sekadar cerita rakyat, tetapi juga pengingat abadi akan pentingnya nilai moral dan kemanusiaan. Dengan memetik pelajaran dari kisah ini, kita dapat berupaya menciptakan masyarakat yang lebih adil, bermartabat, dan menjunjung tinggi nilai-nilai penghormatan terhadap sesama. (fit/in)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *