back to top
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

InspirasiNusantara.id “MENGEDUKASI, MENGINSPIRASI, MENGGERAKKAN”
29.3 C
Jakarta
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

Jadilah Member Kami

Dapatkan konten Eksklusif yang menarik

― Advertisement ―

spot_img

Tempat Wisata Alam Ini Tawarkan 5 Air Terjun Spektakuler di Sulsel

Inspirasinusantara.id -- Tempat wisata air terjun di Sulawesi Selatan menyimpan pesona tersembunyi yang belum banyak dijamah pelancong. Dalam peringatan Hari Air Terjun Sedunia pada...
BerandaRagamBMKG: Kemarau di Sulawesi Selatan Tiba Sesuai Prediksi

BMKG: Kemarau di Sulawesi Selatan Tiba Sesuai Prediksi

Inspirasinusantara.id – BMKG menyebut awal musim kemarau tahun ini berlangsung secara bertahap, dan sebagian besar wilayah diperkirakan mengalaminya dalam kondisi normal. Sulawesi Selatan termasuk dalam wilayah yang memasuki musim kemarau sesuai jadwal.

Meskipun Indonesia sudah mulai memasuki awal musim kemarau, cuaca ekstrem dengan pola siang yang panas terik dan hujan deras pada malam hari masih kerap terjadi di berbagai wilayah. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan bahwa kondisi ini merupakan bagian dari dinamika atmosfer yang kompleks.

Dalam laporan Prospek Cuaca Mingguan periode 20–26 Mei 2025, BMKG mengungkapkan bahwa sebagian wilayah Indonesia masih diguyur hujan dengan intensitas tinggi, terutama pada sore hingga malam hari. Sementara itu, suhu siang hari yang menyengat disebabkan oleh kelembaban udara yang tinggi, membuat hawa terasa semakin panas.

“Atmosfer yang sangat labil akibat interaksi suhu permukaan laut, tekanan udara, dan kelembaban tinggi memicu terbentuknya awan konvektif jenis Cumulonimbus,” jelas BMKG. Awan ini berpotensi menimbulkan cuaca ekstrem seperti hujan lebat, petir, angin kencang, hingga hujan es.

Baca juga : BMKG Peringatkan Krisis Iklim, Simak 5 Tips Atasi Ancaman Air Bersih

BMKG menambahkan bahwa dinamika atmosfer skala besar seperti Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang Kelvin, dan Rossby Ekuatorial turut berperan dalam memicu peningkatan curah hujan, terutama di wilayah barat dan tengah Indonesia.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut, awal musim kemarau tahun ini terjadi bertahap dan sebagian besar wilayah diprediksi mengalaminya secara normal. Namun, beberapa zona musim (ZOM) mengalami pergeseran waktu dibandingkan rata-rata klimatologis periode 1991–2020.

Wilayah-wilayah yang memasuki kemarau sesuai jadwal di antaranya adalah Sumatera, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Sulawesi Utara, dan sebagian Maluku serta Maluku Utara.

Meski kemarau diprediksi mulai meluas pada akhir Mei hingga Juni 2025, terutama di Sumatera, Jawa bagian barat, Kalimantan selatan, dan beberapa wilayah Sulawesi dan Papua, hujan intens masih berpotensi terjadi akibat gangguan atmosfer global tersebut.

Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Eddy Hermawan, menjelaskan bahwa fenomena siang terik dan malam hujan merupakan tanda-tanda berakhirnya masa transisi dari musim hujan ke musim kemarau. “Ini adalah pola yang umum terjadi di akhir musim pancaroba. Hujan cenderung turun malam hari, meski intensitasnya tidak sebesar saat musim hujan,” ujarnya di kutip dari CNN.

Masyarakat diimbau tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem yang masih bisa terjadi meskipun musim kemarau sudah dimulai.
(*/IN)