Dangke, Cemilan Murah, Sehat, dan Praktis, teman Mahasiswa Sibuk

Dangke, Cemilan Murah, Sehat, dan Praktis, teman Mahasiswa Sibuk
PENELITIAN. Dangke, Cemilan Murah, Sehat, dan Praktis, teman Mahasiswa Sibuk. (foto:istimewa)

IN, MAKASSAR— Bagi mahasiswa, kesibukan adalah rutinitas yang tak terelakkan. Mulai dari tugas kuliah, rapat organisasi, pekerjaan paruh waktu, hingga begadang demi menyelesaikan deadline.

Di tengah aktivitas padat ini, sulit rasanya mencari cemilan yang murah, sehat, dan tetap mengenyangkan. Namun, solusi lokal khas Indonesia bisa menjadi jawaban atas kebutuhan tersebut “dangke”.

Dangke adalah makanan tradisional khas Sulawesi Selatan, sejenis keju lokal yang terbuat dari susu kerbau atau sapi. Olahan ini dibuat melalui proses fermentasi sederhana, menghasilkan tekstur lembut dengan rasa gurih yang khas.

Selain lezat, dangke juga kaya gizi, menjadikannya pilihan cemilan sehat dan relevan di era modern yang penuh dengan dominasi makanan cepat saji dan snack instan.

Menurut Nani Apriani Natsir Djide, S.Gz., M.K.M., dosen di Program Studi Gizi Stikes Nani Hasanuddin, dangke memiliki potensi besar sebagai komoditas pangan lokal sehat yang layak diperkenalkan di tingkat nasional. “Dangke ini kaya akan zat gizi, seperti protein, kalsium, dan fosfor, sehingga menjadi alternatif sumber gizi yang sangat baik,” ungkapnya, Jumat (24/01/2025)

Tidak hanya itu, dangke juga memiliki fleksibilitas dalam pengolahan. Produk ini bisa dikembangkan menjadi berbagai olahan seperti susu, yoghurt, atau keju modern yang berpotensi menarik minat pasar luas.

“Dengan dikenalnya dangke sebagai pangan lokal sehat, ini tidak hanya memberi manfaat bagi konsumen, tetapi juga dapat meningkatkan pendapatan peternak dan pengolah dangke, sehingga turut mensejahterakan masyarakat setempat,” tambahnya.

Di Stikes Nani Hasanuddin, mahasiswa program studi gizi didorong untuk mempelajari dan mengembangkan potensi pangan lokal melalui berbagai program akademik. Mata kuliah seperti Pangan Lokal dan Kesehatan Masyarakat mengajarkan mahasiswa tentang jenis-jenis pangan lokal, kandungan gizinya, dan cara memanfaatkannya.

Selain itu, mata kuliah Nutripreneurship mendorong mahasiswa untuk menciptakan usaha berbasis pangan lokal. Mahasiswa diajak untuk mengolah pangan lokal, termasuk dangke, menjadi produk inovatif yang dapat dipasarkan.

Kegiatan seperti seminar dan kuliah tamu juga rutin diselenggarakan untuk memperluas wawasan mahasiswa mengenai potensi pangan lokal dalam mendukung kesehatan masyarakat.

Dengan kandungan gizinya yang tinggi, dangke sangat cocok untuk mahasiswa yang sibuk. “Dangke bisa dimakan langsung atau diolah menjadi makanan lain seperti tambahan untuk nasi, mie instan, atau salad. Rasanya gurih, praktis, dan tetap sehat,” kata Nani.

Di tengah gempuran makanan impor dan instan, dangke menawarkan solusi lokal yang tidak hanya murah dan bergizi, tetapi juga mendukung keberlanjutan ekonomi masyarakat lokal. Sebagai mahasiswa, memilih dangke sebagai cemilan sehari-hari bukan hanya langkah cerdas untuk kesehatan, tetapi juga wujud dukungan terhadap pangan lokal Indonesia. (*/IN)

Penulis: Priskawati Pakila’

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *