back to top
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

InspirasiNusantara.id “MENGEDUKASI, MENGINSPIRASI, MENGGERAKKAN”
32 C
Jakarta
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

Jadilah Member Kami

Dapatkan konten Eksklusif yang menarik

― Advertisement ―

spot_img

Bapenda Makassar Lakukan Penertiban Reklame Ilegal

MAKASSAR, Inspirasinusantara.id – Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kota Makassar kembali melakukan penertiban terhadap reklame ilegal yang tidak membayar pajak dan melanggar aturan perizinan. Penertiban ini...
BerandaInternasionalDenting Genderang Perang: Krisis India-Pakistan, Dunia Menahan Napas

Denting Genderang Perang: Krisis India-Pakistan, Dunia Menahan Napas

IN, Makassar — Ketegangan di anak benua kembali menyentak dunia. Hanya dalam hitungan jam setelah kelompok bersenjata menyerang sebuah resor di Pahalgam, Kashmir—yang menewaskan 26 turis India—New Delhi langsung menghunus pedangnya. Sembilan titik di wilayah Pakistan dihujani serangan militer pada Rabu, 7 Mei 2025.

India menuding Islamabad sebagai dalang di balik serangan itu. Pakistan membantah, dan menuntut penyelidikan internasional. Tapi api sudah telanjur disulut.

Dalam waktu 24 jam, peristiwa bergulir seperti rangkaian ledakan beruntun. Pidato, jet tempur, diplomasi, hingga ancaman nuklir muncul silih berganti. Dunia menyaksikan dengan tegang.

Baca juga: 14 Persen IPhone ‘Made In India’, Lapangan Kerja Baru Tersedia

Malam Berdarah dan Janji Balas Dendam

Rabu malam di Islamabad tak lagi hanya dihiasi adzan dan desing angin malam. Di sela prosesi pemakaman seorang anak berusia tujuh tahun bernama Irtaza Abbas—korban serangan India—Perdana Menteri Pakistan, Shahbaz Sharif, muncul di layar kaca. Wajahnya tegang, suara tertahan emosi.

“Kami akan membalas darah syuhada kecil kami,” kata Sharif.

Ia menyebut serangan udara India sebagai bentuk pelanggaran terang-terangan dan menegaskan bahwa pilot Pakistan telah membalas dengan membombardir wilayah musuh di sepanjang Garis Kontrol (LoC).

“Semalam, kami membuktikan bahwa Pakistan mampu memberikan respons luar biasa. Pesawat musuh hancur berkeping-keping,” ujarnya.

Sharif juga kembali mengangkat status Kashmir, yang menurutnya tetap merupakan wilayah yang disengketakan berdasarkan hukum internasional. “Keputusan sepihak India tak akan mengubah kenyataan itu.”

Washington Mengintip, Trump Bicara

Dari Ruang Oval di Gedung Putih, Presiden AS Donald Trump ikut buka suara. Meski bukan lagi pemain langsung dalam konflik, posisi Amerika tetap strategis.

“Saya mengenal keduanya dengan baik. Dan saya ingin melihat ini berhenti,” kata Trump kepada wartawan. Ia menyatakan siap turun tangan jika diperlukan.

Trump mengakui situasi “sangat buruk” dan mendesak kedua negara menghentikan aksi saling balas.

“Jika saya bisa membantu, saya akan hadir,” ujarnya.

Jumlah Korban Meningkat

Di sisi lapangan, data kematian terus bertambah. Mayor Jenderal Ahmed Sharif Chaudhry, juru bicara militer Pakistan, mengumumkan bahwa total korban tewas akibat serangan India telah mencapai 31 jiwa, dengan lebih dari 50 orang lainnya luka-luka.

Wilayah yang paling parah terdampak adalah sektor utara Kashmir yang dikuasai Pakistan, di mana serangan terjadi tanpa peringatan dini.

Isyarat Perang Nuklir

Yang mengejutkan, bukan hanya serangan udara yang menjadi alat gertak. Dalam wawancara dengan Geo News, Menteri Pertahanan Pakistan Khawaja Asif memperingatkan risiko eskalasi nuklir.

“Jika India memaksa kawasan ini menuju perang habis-habisan, mereka harus siap menanggung akibatnya,” kata Asif.

Pernyataan ini memantik kembali bayang-bayang tahun 1999, ketika dua negara bersenjata nuklir ini nyaris terseret dalam konfrontasi tak terkendali.

Tanggapan India: Siap Balas

New Delhi tak gentar. Menteri Luar Negeri India Vikram Misri memberi penegasan kepada para diplomat asing di ibu kota bahwa setiap aksi balasan dari Pakistan akan disambut dengan respons militer yang lebih keras.

“Jika Pakistan merespons, India akan merespons,” kata Misri, dalam pertemuan tertutup yang bocor ke media.

Kegelapan di Delhi

Di tengah suasana tegang, beberapa distrik di New Delhi mendadak gelap gulita selama 15 menit. The Indian Express menyebut insiden ini sebagai bagian dari simulasi tanggap darurat.

Tapi di tengah ketegangan yang membuncah, banyak warga menganggap pemadaman ini sebagai isyarat datangnya perang yang lebih besar.

Taliban Ikut Bersuara

Tak hanya negara-negara besar yang angkat bicara. Pemerintah Taliban di Afghanistan mengeluarkan pernyataan menyerukan perdamaian. Melalui platform X, mereka meminta India dan Pakistan menyelesaikan konflik lewat jalur diplomasi.

“Stabilitas kawasan adalah kepentingan bersama,” tulisnya.

Pernyataan ini muncul di tengah hubungan dingin Kabul dan Islamabad pasca deportasi ribuan warga Afghanistan dari Pakistan sejak April lalu.

Jet Jatuh dan Perang Propaganda

Kabar lain menyebar dari langit Kashmir: Pakistan mengklaim telah menembak jatuh lima jet tempur India. Namun India menolak mentah-mentah tudingan ini.

Kedutaan Besar India di Beijing bahkan menyebut klaim tersebut sebagai “disinformasi” yang disebarkan akun pro-Pakistan. Sampai saat ini, belum ada bukti visual maupun konfirmasi independen yang menguatkan klaim tersebut.

Baca juga: Wakil Wali Kota Makassar Aliyah Mustika Ilham: RPJMD dan Renstra Perangkat Daerah Mesti Selaras dengan Visi-Misi Mulia  

Ledakan dan Teror di Malam Buta

Di desa-desa kecil di Kashmir yang dikuasai Pakistan, ledakan membangunkan warga di tengah malam. Sujay Kumar, salah satu warga, menceritakan situasi horor itu.

“Sekitar pukul satu dini hari, rumah kami berguncang. Asap masuk ke dalam kamar. Kami lari tapi ledakan terus terjadi sampai jam empat pagi,” ujarnya.

Dukungan Israel: Tak Ada Tempat Sembunyi

Sikap diam negara-negara besar mulai berubah. Duta Besar Israel untuk India, Reuven Azar, menyatakan dukungan terbuka terhadap tindakan India.

“Setiap teroris harus tahu bahwa tak ada tempat untuk bersembunyi,” tulisnya dalam unggahan media sosial. Menariknya, pernyataan ini tak disertai seruan de-eskalasi seperti biasanya.

Krisis Masih Jauh dari Usai

Di atas kertas, kedua negara sama-sama menunjukkan otot dan gigi. Tapi di balik layar, diplomasi juga tengah bekerja keras. Dunia menahan napas, berharap Pahalgam tak menjadi Sarajevo baru, dan Kashmir tak menjadi bara yang meledakkan kawasan ke jurang kehancuran.

Apakah ini hanya babak awal? Atau awal dari akhir?