INSPIRASI NUSANTARA – Generasi Z atau Gen Z kembali menunjukkan tren baru di dunia kerja. Gen Z menolak peran manajer tingkat menengah.
Peran manajer tingkat menengah memiliki posisi krusial dalam organisasi, menjadi penghubung antara strategi besar perusahaan dan pelaksanaan operasional harian. Namun, survei menunjukkan lebih dari setengah Gen Z enggan mengejar jabatan ini.
Menurut Leda Stawnychko, seorang ahli manajemen sekaligus Assistant Professor di Mount Royal University, fenomena ini disebut “conscious unbossing,” yakni kecenderungan Gen Z menolak peran sebagai manajer tingkat menengah.
“Generasi ini lebih selektif dalam memilih figur pemimpin, sesuai dengan nilai dan tugas pokok organisasi,” ungkap Leda dalam artikel di The Conversation.
Keengganan ini berkaitan dengan nilai-nilai Gen Z yang lebih menghargai kemandirian, fleksibilitas, dan kesejahteraan pribadi. Posisi manajer menengah sering dianggap melelahkan secara emosional dan fisik, yang bertentangan dengan pola hidup mereka.
Padahal, peran manajer menengah merupakan batu loncatan penting dalam karier terutama bagi Gen Z. Jabatan ini tidak hanya memberi kesempatan untuk memperkuat kecerdasan emosional, berpikir strategis, dan pengambilan keputusan, tetapi juga memungkinkan untuk menciptakan dampak jangka panjang, baik dalam organisasi maupun masyarakat.
Sebagai manajer menengah, seseorang dapat memperjuangkan nilai-nilai yang sejalan dengan misi Gen Z, seperti tanggung jawab sosial, keberlanjutan, dan kesetaraan. Selain itu, peran ini menawarkan ruang untuk mengembangkan kepemimpinan yang efektif, membangun jaringan, dan memperluas pengaruh dalam organisasi.
Tiga Prinsip untuk Mengubah Perspektif
Menurut Leda, peran manajer tingkat menengah tetap bisa menjadi peluang berharga bagi Gen Z jika dilihat dari sudut pandang berikut:
1. Meningkatkan Kesadaran Diri
Peran ini memungkinkan refleksi terhadap gaya kepemimpinan dan respon terhadap tekanan, sehingga membantu mendelegasikan tugas secara efisien dan mencegah burnout.
2. Melihat sebagai Inkubator Kepemimpinan
Posisi ini bisa menjadi arena pelatihan untuk negosiasi, manajemen prioritas, dan pengembangan jaringan, yang mempersiapkan individu untuk jabatan yang lebih tinggi atau menjadi penggerak perubahan sosial.
3. Menciptakan Dampak Lebih Besar
Dengan sudut pandang unik, manajer menengah dapat membentuk budaya organisasi yang lebih baik dan menunjukkan bahwa kesejahteraan pribadi tidak harus dikorbankan demi pencapaian tujuan besar.
Fenomena ini menjadi tantangan bagi organisasi untuk memahami kebutuhan dan nilai-nilai Gen Z, sambil tetap memberikan ruang bagi generasi muda untuk mengasah potensi mereka sebagai pemimpin masa depan. Dengan pendekatan yang tepat, peran manajer tingkat menengah bisa menjadi peluang berharga, bukan sekadar beban. (fit/in)