INSPIRASI NUSANTARA—Setiap Senin pertama pada bulan Oktober diperingati sebagai Hari Habitat Sedunia (World Habitat Day). Tahun ini Hari Habitat Sedunia jatuh pada hari ini, Senin, 7 Oktober.
Hari Habitat Sedunia dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1985 untuk meningkatkan kesadaran global tentang kondisi perumahan dan hak setiap orang atas tempat tinggal yang layak. Hari Habitat Sedunia bertujuan untuk menyoroti pentingnya perencanaan kota yang berkelanjutan dan pengelolaan lingkungan yang baik.
Generasi Millennial dan Gen Z memiliki peran penting dalam mendukung tujuan Hari Habitat Sedunia. Keterlibatannya bisa dalam urban farming (pertanian perkotaan) sebagai bagian dari gaya hidup berkelanjutan dan solusi terhadap tantangan perkotaan.
Urban farming menyediakan peluang bagi mereka untuk terlibat dalam isu-isu keberlanjutan, kesehatan, dan lingkungan, sambil memanfaatkan teknologi modern serta komunitas digital. Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi keterlibatan Milenial dan Gen Z dalam urban farming.
- Social Media dan Peningkatan Kesadaran
Media sosial memainkan peran besar dalam menginspirasi Milenial dan Gen Z untuk terlibat dalam urban farming. Platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube memungkinkan mereka untuk berbagi pengalaman, tips, dan kesuksesan urban farming, menciptakan tren yang menggabungkan keberlanjutan dan gaya hidup hijau.
Banyak influencer dan aktivis lingkungan yang menginspirasi generasi muda untuk terlibat dalam urban farming dengan membagikan perjalanan mereka melalui media sosial. Media sosial juga membantu membentuk komunitas online yang mendukung pertukaran pengetahuan dan pengalaman tentang urban farming, baik di Indonesia maupun secara global.
- Gaya Hidup Sehat dan Berkelanjutan
Milenial dan Gen Z cenderung lebih peduli terhadap kesehatan dan kesejahteraan. Urban farming memungkinkan mereka untuk mendapatkan akses langsung ke makanan organik dan segar, yang berkontribusi pada gaya hidup yang lebih sehat.
Urban farming memberikan akses langsung pada sayuran dan buah-buahan yang segar dan organik, yang lebih sehat dan bebas pestisida. Urban farming juga membantu menciptakan ketahanan pangan di lingkungan perkotaan, mengurangi ketergantungan pada makanan yang diproduksi secara massal dan didistribusikan dari jarak jauh.
- Penggunaan Teknologi
Milenial dan Gen Z sangat akrab dengan teknologi dan banyak dari mereka menggunakan inovasi teknologi dalam urban farming. Misalnya, teknologi yang memungkinkan mereka menanam tanaman di ruang vertikal, seperti dinding gedung atau dalam ruangan kecil dengan sistem hidroponik atau akuaponik.
Aplikasi Pertanian Digital juga menjadi salah satu teknologi yang bisa mendukung program urban farming. Banyak aplikasi yang memfasilitasi komunitas urban farming, memberikan panduan, tips, hingga jaringan penjualan hasil tani. Milenial dan Gen Z menggunakan platform ini untuk belajar dan berbagi pengalaman mereka dalam urban farming.
- Keterlibatan Komunitas
Urban farming seringkali melibatkan kolaborasi dalam komunitas, dan Milenial serta Gen Z cenderung menyukai aktivitas kolektif yang memperkuat hubungan sosial. Kebun komunitas atau proyek urban farming sering kali menjadi pusat aktivitas sosial dan lingkungan di perkotaan.
Banyak dari mereka berpartisipasi dalam kebun komunitas di mana mereka bersama-sama menanam dan merawat tanaman sambil berinteraksi dan belajar bersama. Kegiatan urban farming juga sering kali diiringi oleh kampanye atau program pendidikan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya makanan sehat, lingkungan yang bersih, serta keberlanjutan.
- Tren Ekonomi Sosial dan Kewirausahaan
Urban farming memberikan peluang bagi Milenial dan Gen Z untuk mengembangkan usaha kecil di sektor pertanian perkotaan. Mereka bisa memulai usaha di bidang pertanian organik, penjualan produk segar, atau bahkan menciptakan inovasi baru dalam teknologi pertanian.
Banyak dari mereka yang memanfaatkan urban farming sebagai dasar untuk menciptakan startup yang berfokus pada pertanian perkotaan, mulai dari penjualan hasil tani hingga inovasi teknologi pertanian. Milenial dan Gen Z juga terlibat dalam pengembangan produk yang berasal dari hasil urban farming, seperti salad bar organik, jus segar, atau bahkan produk kecantikan berbahan dasar tumbuhan.
- Isu Ketahanan Pangan dan Krisis Pangan Global
Dengan meningkatnya populasi perkotaan, urban farming dianggap sebagai salah satu solusi untuk menghadapi krisis pangan global di masa depan. Generasi Milenial dan Gen Z, yang sadar akan tantangan ini, semakin terlibat dalam upaya memperbaiki sistem pangan melalui pertanian perkotaan.
Pandemi COVID-19 mengajarkan banyak orang tentang pentingnya ketahanan pangan lokal, dan urban farming menjadi salah satu cara yang banyak digunakan oleh Milenial dan Gen Z untuk memastikan ketersediaan makanan di tengah situasi sulit.
- Pendidikan dan Keterlibatan Pemerintah
Program-program urban farming yang didukung oleh pemerintah, sekolah, dan organisasi non-profit sering kali menyasar Milenial dan Gen Z untuk meningkatkan partisipasi mereka dalam kegiatan lingkungan dan keberlanjutan. Banyak kota di Indonesia mulai mengadopsi inisiatif pertanian perkotaan untuk mendorong keterlibatan generasi muda.
Beberapa sekolah dan universitas mulai memasukkan urban farming dalam kurikulum mereka untuk mengajarkan kepada generasi muda tentang pentingnya keberlanjutan dan ketahanan pangan. Banyak pula pemerintah daerah mendukung urban farming sebagai bagian dari perencanaan kota yang lebih hijau dan berkelanjutan, dan menyediakan bantuan atau pelatihan bagi warga muda yang tertarik.
Keterlibatan Milenial dan Gen Z dalam urban farming didorong oleh kesadaran lingkungan, kepedulian terhadap gaya hidup sehat, serta kemampuan mereka dalam memanfaatkan teknologi dan platform digital. Urban farming tidak hanya membantu mengatasi tantangan perkotaan, seperti ketahanan pangan dan polusi, tetapi juga menjadi bentuk pemberdayaan ekonomi dan sosial bagi generasi muda. (*/IN)