INSPIRASI NUSANTARA– Di tengah pesatnya pembangunan dan berkurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Makassar, anak muda Sulawesi Selatan hadir dengan solusi inovatif: urban farming. Dengan memanfaatkan pekarangan rumah, atap bangunan, hingga lorong-lorong kota, mereka menciptakan kebun produktif yang tidak hanya menghijaukan kota tetapi juga meningkatkan ketahanan pangan berbasis pangan lokal.
Urban farming atau pertanian perkotaan semakin diminati oleh anak muda Sulawesi Selatan, khususnya di Makassar. Dengan lahan hijau yang semakin terbatas, generasi muda mulai memanfaatkan ruang sempit di perkotaan untuk bercocok tanam.
Tren ini tidak hanya berkontribusi terhadap penghijauan kota, tetapi juga meningkatkan ketahanan pangan dan kecintaan terhadap pangan lokal.
BACA JUGA: Petani Milenial di Luwu Timur Dukung Budidaya Pisang Cavendish yang Diusung Pj Gubernur Sulsel
Menurut skripsi yang dipublikasikan oleh Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, urban farming menjadi solusi untuk rendahnya persentase Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Makassar. Dengan konsep ini, lahan sempit seperti pekarangan rumah, atap bangunan, hingga lorong-lorong kota dapat diubah menjadi kebun produktif.
Dukungan FAO dan Kesadaran Anak Muda
Food and Agriculture Organization (FAO) mendefinisikan urban farming sebagai industri yang memproduksi, memproses, dan memasarkan hasil pertanian dengan metode intensif serta memanfaatkan limbah kota sebagai sumber daya. Di Makassar, urban farming berkembang sebagai gaya hidup ramah lingkungan yang banyak diadopsi oleh komunitas anak muda.
Kesadaran akan pentingnya pangan sehat dan lokal juga mendorong banyak anak muda untuk mulai menanam sendiri. Tak hanya tanaman sayur, beberapa komunitas urban farming bahkan menanam rempah-rempah khas Sulawesi Selatan seperti lengkuas, jahe, kemangi, hingga tanaman herbal lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Dampak Positif bagi Kota Makassar
Selain membantu meningkatkan persentase RTH, urban farming juga memberikan dampak positif bagi lingkungan dan ekonomi. Dengan adanya kebun-kebun kecil di perkotaan, suhu lingkungan menjadi lebih sejuk dan kualitas udara meningkat.
Dari sisi ekonomi, hasil panen dari urban farming dapat menjadi sumber penghasilan tambahan. Beberapa komunitas bahkan telah mengembangkan model bisnis berbasis pertanian perkotaan dengan menjual sayur organik ke pasar atau restoran lokal.
Masa Depan Urban Farming di Sulawesi Selatan
Dengan semakin banyaknya anak muda yang tertarik pada urban farming, tren ini berpotensi menjadi bagian dari solusi ketahanan pangan dan pelestarian lingkungan di Sulawesi Selatan. Dukungan dari pemerintah daerah, akademisi, dan komunitas diharapkan dapat semakin memperkuat gerakan ini.
Urban farming bukan sekadar tren, tetapi juga gerakan nyata untuk menciptakan kota yang lebih hijau, sehat, dan mandiri dalam hal pangan. Jika lebih banyak anak muda Makassar bergabung dalam gerakan ini, bukan tidak mungkin kota ini bisa menjadi contoh sukses dalam penerapan pertanian perkotaan di Indonesia. (*/IN)
Sumber : SKRIPSI SITI AINUN RAHMAN, UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH (UNISMUH) MAKASSAR, IMPLEMENTASI PROGRAM URBAN FARMING DI KAWASAN
PERMUKIMAN DALAM PENINGKATAN PERSENTASE
RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MAKASSAR