back to top
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

InspirasiNusantara.id “MENGEDUKASI, MENGINSPIRASI, MENGGERAKKAN”
28.7 C
Jakarta
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

Jadilah Member Kami

Dapatkan konten Eksklusif yang menarik

― Advertisement ―

spot_img

Munafri Pimpin Rapat Matangkan Kunjungan Tim Internasional Ramboll

MAKASSAR, inspirasinusantara.id — Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, memimpin rapat bersama sejumlah kepala dinas teknis dan perwakilan konsultan lokal Ramboll di Balai Kota, Senin...
BerandaGaya HidupIdeologi Menggeser Romantisme: Politik Jadi Pertimbangan Baru dalam Urusan Hati

Ideologi Menggeser Romantisme: Politik Jadi Pertimbangan Baru dalam Urusan Hati

inspirasinusantara.id — Di era digital yang serba terbuka, cinta dan politik ternyata semakin sulit dipisahkan. Sebuah riset internasional menemukan bahwa banyak perempuan masa kini lebih memilih hidup sendiri ketimbang menjalin hubungan dengan seseorang yang tak sejalan secara ideologis.

Penelitian kolaboratif antara University of Göttingen dan University of Jena, Jerman, ini melibatkan lebih dari 13 ribu perempuan lajang dari 144 negara. Hasilnya cukup mengejutkan: hampir separuh responden perempuan berhaluan kiri ekstrem menyatakan akan menolak pasangan dengan pandangan politik berbeda, bahkan jika hubungan itu penuh cinta.

Menariknya, fenomena serupa juga terjadi di kalangan perempuan konservatif. Sekitar 41% di antaranya menempatkan kesamaan politik di atas faktor romantis.

Sementara itu, perempuan dengan pandangan moderat terlihat lebih terbuka—hanya 22% yang menganggap politik sebagai faktor utama dalam memilih pasangan.

“Kesamaan pandangan politik kini bukan sekadar preferensi, tapi sudah menjadi refleksi nilai-nilai moral seseorang,” jelas Tanja Gerlach, peneliti utama studi tersebut, seperti dikutip dari New York Post.

Bukan Sekadar Politik, Tapi Soal Nilai Hidup

Perempuan konservatif dalam survei ini cenderung mengutamakan aspek seperti agama, etnisitas, stabilitas finansial, dan kesuksesan karier. Sementara itu, mereka yang berhaluan kiri lebih longgar terhadap nilai-nilai tradisional.

Meski berbeda ideologi, satu hal yang disepakati lintas spektrum politik adalah pentingnya kebaikan hati dan sikap suportif.

“Kasih sayang dan kepedulian adalah nilai universal yang tak bisa ditawar,” tambah Gerlach.

Selain faktor ideologi, penelitian ini juga menunjukkan bahwa penampilan fisik, khususnya tinggi badan, masih menjadi pertimbangan klasik. Hampir semua responden memilih pasangan yang lebih tinggi, terutama dari kalangan konservatif yang menilai hal itu sebagai simbol proteksi dan stabilitas.

Cinta di Era Polarisasi Politi

Menurut Prof. Pete Hatemi dari Penn State University, kesamaan politik kini menjadi indikator kecocokan yang paling kuat dalam hubungan modern.

“Dalam dua dekade terakhir, politik justru menjadi faktor yang paling mempersatukan atau memisahkan pasangan,” ujarnya dikutip dari CNBC.

Hal senada disampaikan Sean Westwood dari Dartmouth University. Ia menilai partisanship atau keberpihakan politik tak hanya soal pilihan partai, tetapi juga mencerminkan gaya hidup, nilai keluarga, dan pandangan moral seseorang.

“Menolak seseorang karena pilihan politiknya tampak remeh, tapi sesungguhnya itu menggambarkan perbedaan mendasar tentang cara pandang hidup,” ujarnya.

Ketika Cinta Bertemu Ideologi

Sosiolog Laura Nelson dari University of British Columbia menilai, memisahkan urusan hati dari ideologi kini semakin sulit.

“Kiri atau kanan bukan sekadar label politik, melainkan cermin cara seseorang memahami dunia. Karena itu, wajar jika politik ikut menentukan arah cinta,” katanya.

Dalam dunia kencan modern terutama melalui aplikasi digital fitur penyaringan berdasarkan ideologi kini makin digemari. Bagi banyak perempuan, swipe left bukan lagi karena fisik semata, tetapi karena perbedaan pandangan tentang dunia. (*/IN)