INSPIRASI NUSANTARA–Sulawesi Selatan kembali membuktikan diri sebagai gudang kreativitas melalui karya-karya animasi yang tak hanya menampilkan budaya lokal, tetapi juga mampu menggetarkan panggung internasional.
Sulawesi Selatan (Sulsel) terus menunjukkan potensinya sebagai pusat kreatif yang melahirkan karya-karya inovatif. Tidak hanya unggul dalam bidang budaya dan seni tradisional, Sulsel kini juga menorehkan prestasi di dunia animasi.
Melalui film-film animasi yang mengangkat nilai-nilai lokal, para sineas Sulsel berhasil membawa keunikan budaya mereka ke panggung internasional. Keunikan kisah serta visual memikat menjadi daya tarik yang membuat karya-karya ini diapresiasi luas.
Tidak hanya itu, kolaborasi antara sineas lokal dan institusi nasional maupun internasional menjadi fondasi kuat yang memungkinkan karya animasi Sulsel terus berkembang. Dukungan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, serta lembaga internasional seperti Australia Indonesia Institute, turut memperkuat upaya pelestarian budaya melalui animasi.
Sulawesi Selatan (Sulsel) telah melahirkan sejumlah karya animasi lokal yang berhasil memukau dunia, menampilkan kekayaan budaya dan sejarah daerah melalui medium kreatif. Berikut beberapa di antaranya:
1. Panre Ambo dan Kawali
Dirilis pada 14 Desember 2024 di Planet Cinema Bone, film ini merupakan animasi 3D pertama berbahasa Bugis. Mengisahkan seorang pandai besi dari Desa Paccing, Kecamatan Awampone, Bone, film ini bertujuan melestarikan dan memperkenalkan filosofi Bugis serta pengetahuan lokal kepada generasi muda.
Diproduksi oleh PKBM Sipakatau dan Sumange’ Animation Studio, dengan dukungan Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, serta LPDP melalui program Dana Indonesiana.
2. The Last Trepangers: A Brother from Across The Sea
Film animasi ini menceritakan sejarah pelaut Makassar dalam pencarian teripang di Australia. Karya ini telah diputar di Charles Darwin University, Australia, menunjukkan apresiasi internasional terhadap cerita lokal Sulsel.
Diproduksi oleh Rumata’ Artspace, Makassar International Writers Festival (MIWF), Makko Mikki, dan Fakultas Desain dan Komunikasi Visual Universitas Negeri Makassar (UNM), dengan dukungan dari Australia Indonesia Institute.
3. Battle of Surabaya
Meskipun bukan berasal langsung dari Sulsel, film animasi ini melibatkan talenta dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk Sulsel. Mengisahkan peristiwa sejarah Pertempuran Surabaya, film ini telah meraih penghargaan internasional, seperti di Milan International Filmmaker Festival.
Karya-karya ini tidak hanya menjadi kebanggaan bagi Sulawesi Selatan tetapi juga bagi Indonesia, menunjukkan bahwa animasi lokal mampu bersaing dan mendapatkan pengakuan di kancah internasional. (fit/in)