back to top
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

InspirasiNusantara.id “MENGEDUKASI, MENGINSPIRASI, MENGGERAKKAN”
33.2 C
Jakarta
Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

Jadilah Member Kami

Dapatkan konten Eksklusif yang menarik

― Advertisement ―

spot_img

Makassar Menuju Panggung Global : Munafri Disambut Dubes RI di Wina

AUSTRIA, inspirasinusantara.id — Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, mendapat sambutan hangat dari Duta Besar Republik Indonesia untuk Austria merangkap Slovenia dan perwakilan PBB, Damos...
BerandaBudayaKearifan Lokal yang Tak Bisa Ditiru Teknologi: Royong, Suara Sakral Perempuan Sulsel.

Kearifan Lokal yang Tak Bisa Ditiru Teknologi: Royong, Suara Sakral Perempuan Sulsel.

INSPIRASI NUSANTARA — Kearifan lokal tak selalu hadir dalam bentuk yang kasat mata. Ketika pesta-pesta rakyat kini ramai dihiasi dentuman organ tunggal dan lagu remix, ada satu suara perempuan dari masa silam yang perlahan nyaris padam yaitu Royong.

Di tengah dentuman musik modern yang menguasai pesta masyarakat, masih tersimpan suara kuno bernama Royong sastra tutur sakral dari Sulawesi Selatan. Tradisi ini adalah bentuk kearifan lokal yang mengikat warisan spiritual dengan identitas budaya, diyakini lahir seiring kemunculan figur mitologis Tumanurung.

Dilansir dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, hanya perempuan tertentu yang boleh melantunkan Royong—disebut paroyong. Mereka adalah penjaga nilai-nilai kearifan lokal yang bertugas menyampaikan doa-doa sakral dalam berbagai ritus seperti kelahiran, pernikahan, hingga ibadah haji.

“Dalam cerita turun-temurun masyarakat Gowa, Royong pertama kali didendangkan oleh para dayang saat Tumanurung, atau Putri Tamalate, tiba dari langit dan menikah dengan Raja Gowa pertama. Syair ini kemudian mengiringi berbagai momen penting, dengan sajian simbolik seperti sirih, pinang, dan kemenyan sebuah refleksi kearifan lokal tentang keseimbangan antara alam dan spiritualitas”. Dikutip dari web resmi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Baca juga : Kearifan Lokal Bugis Menuntun Hidup dari Telapak Tangan ke Takdir

Kearifan Lokal yang Menempatkan Perempuan Sebagai Pembawa Berkah

Kini, Royong mulai tenggelam di tengah arus hiburan modern seperti organ tunggal. Padahal, Royong bukan sekadar hiburan, melainkan cerminan kearifan lokal yang menempatkan perempuan sebagai penjaga nilai dan pembawa berkah dalam kehidupan sosial dan spiritual masyarakat.

Melalui Royong, perempuan tak hanya diberi suara, tapi juga diberi kedudukan tinggi sebagai pemilik pengetahuan tradisional. Tradisi ini memperlihatkan bagaimana kearifan lokal di Gowa menempatkan perempuan sebagai tokoh penting dalam menjaga harmoni dan warisan leluhur, bahkan di tengah budaya patriarkal.

Kini adalah saat yang tepat untuk membangkitkan kembali Royong bukan sekadar sebagai peninggalan, tapi sebagai simbol kearifan lokal yang mengangkat martabat perempuan dan merawat koneksi antara masa lalu dan masa kini. Menjaga Royong berarti menjaga harapan, doa, dan semangat hidup yang diwariskan melalui suara perempuan. (*/IN)